"Di Makam, Gus Dur Ngobrol Dengan Ayah Dan Kakeknya" (2)

By nova.id, Selasa, 5 Januari 2010 | 03:26 WIB
Di Makam Gus Dur Ngobrol Dengan Ayah Dan Kakeknya 2 (nova.id)

Di Makam Gus Dur Ngobrol Dengan Ayah Dan Kakeknya 2 (nova.id)

"Bagi Zastraw, sosok Gus Dur seperti seorang guru sekaligus bapak. (Foto: Eng Naftali/NOVA) "

Kenapa tidak mau?Saya takut akan sering terjadi "gegeran". Saya katakan itu saat bertemu empat mata. Lalu dia tanya, sebenarnya ada apa dengan saya? Gus Dur saya ingatkan perjuangannya bersama saya keluar-masuk pesantren melakukan pendidikan politik rakyat sehingga rakyat tahu demokrasi, HAM, dan politik. Hasilnya, Gus Dur jadi presiden. Artinya, beliau hanya pindah ruang.

Lalu siapa yang meneruskan "pekerjaan" Gus Dur kalau saya membantunya di istana? Saat itu mata Gus Dur berkaca-kaca dan bertanya, apa yang saya minta? Saya hanya minta restu. Sejak saat itu, saya keliling Indonesia meneruskan kerja-kerja Gus Dur yang dulu.

Ada "wasiat" Gus Dur yang mungkin orang lain belum mengetahui?Demi Allah, hari Senin lalu, saya bermimpi. Sekitar jam satu malam didatangi seorang perempuan. Saya dipanggil di bawah pohon. Dia memberitahu bahwa Gus Dur sudah tidak ada lalu dia minta supaya saya meneruskan semua yang sudah saya jalani bersama Gus Dur. Pikiran-pikiran dan gagasan Gus Dur. Ajak teman-teman meneruskan apa yang sudah dibangun Gus Dur. Habis itu, saya terbangun. Lalu saya salat tahajut. Setelah itu saya terdiam saja, istri saya tanya ada apa? Saya diam, berpikir, ada apa ini?

Nah, menjelang bulan puasa lalu, saya ziarah ke makam Mbah Hasyim (Hasyim Asyari, Red.) di Tebu Ireng bersama sejumlah artis. Ketika sedang memimpin zikir di makam, perasaan saya ada tiga orang mengobrol. Yaitu, Gus Dur, ayah, dan kakeknya. Saya langsung datangi mereka. Artis-artis yang melihat kejadian itu bertanya, saya ini kenapa?

Jadi?Tidak ada wasiat Gus Dur kepada saya. Beliau tidak pernah menggurui. Dalam satu diskusi dengan saya, beliau hanya pernah berpesan, "Traw, kita ini sekarang seperti kaca yang retak-retak. Kalau bisa dijaga, ya, jangan sampai lepas. Bingkainya harus diperkuat, karena itu modal kita.

Gus Dur pernah mengeluh ketika lawan politiknya melakukan "serangan"?Tidak. Gus Dur tidak pernah mengeluh. Justru kalau kami mengeluh, dia tertawa lalu berkata. "Ngapain, gitu aja, kok, dipikirin. Tenang aja, yang kayak gini tidak lama. Politik itu kalau kalah tidak berarti kiamat. Kalau menang juga tidak jaya." Jadi, ya, santai saja.

Gus Dur pernah dipermalukan dengan beredarnya foto seorang perempuan yang duduk di pangkuannya? Apa kata Gus Dur?Beliau hanya berkata; "Namanya kita ini melayani orang banyak, risikonya seperti ini. Apalagi saya tidak pernah curiga sama orang. Siapa pun datang, saya terima dengan baik. Mau foto, ya, saya ajak foto." Gus Dur tidak punya pretensi apa-apa.

Sekarang apa saja aktivitas Anda selain keliling Indonesia?Aktivitas saya di bidang kebudayaan sesuai amanat beliau. Karena kebudayaan itu ruh bangsa. Suatu bangsa bisa maju, bisa hebat, kalau punya akar kebudayaan yang kuat. Saya melakukan semampu saya, sekuat saya.

Rini SulistyatiFOTO: ENG NAFTALI/NOVA