Bisnis Kuliner Ayam Kodok: Menu Istimewa Di Hari Istimewa (3)

By nova.id, Jumat, 25 Desember 2009 | 22:28 WIB
Bisnis Kuliner Ayam Kodok Menu Istimewa Di Hari Istimewa 3 (nova.id)

Bisnis Kuliner Ayam Kodok Menu Istimewa Di Hari Istimewa 3 (nova.id)

"Bermula dari arisan, Mening malah dapat pesanan. (Foto: Adrianus Adrianto/NOVA) "

Arisan Berujung PesananKeterampilan memasak ayam kodok juga membuahkan rezeki dan pertemanan bagi GRAy.Koes Saparnijah alias Mening. Satu hari, cerita putri mendiang Sunan Pakubuwono XII ini, ia menghidangkan ayam kodok buatannya untuk acara arisan di rumahnya. Ternyata suguhan itu membuat para tetangganya di kawasan Bintaro Melati, Tangerang, puas. "Sejak itu, tetangga suka pesan ayam kodok untuk berbagai acara," tutur ibu dua anak ini.

Pesanan yang awalnya dari tetangga, kemudian merembet ke saudara, lalu ke orang yang belum dikenalnya. Apa gerangan yang membuat pelanggan terpikat ayam kodok Mening? "Sausnya istimewa. Kalau masalah enak atau enggak, orang lain yang menilai."

Satu paket ayam kodok olahan pensiunan Bank Exim ini, terdiri dari ayam, sayuran brokoli, buncis, jagung manis, kacang polong, slada, plus saus jamur. Semua ditata dalam nampan bertutup kain strimin berhias. "Boleh pilih, mau ayam broiler atau ayam kampung."

Soal harga, awalnya Mening tak mau menetapkan harga jual. "Tapi ada tetangga saya yang bilang, enggak usah ewuh-pekeweuh." Akhirnya, ia mematok harga ayam kodok mulai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu untuk ayam kampung.

Meski kini sudah punya banyak pelanggan, Mening yang juga sering diminta teman-temannya membuatkan lauk-pauk harian, tak mau ngoyo membisniskan keterampilan memasaknya. "Cuma buat sampingan. Santai saja. Saya punya kegiatan utama, mereproduksi kain-kain batik koleksi eyang putri saya yang turut terbakar ketika Keraton Surakarta terbakar," ujar Mening yang belajar masak dari Eyang Pakubuwono Putri. "Dulu Eyang mewajibkan cucu-cucu perempuannya belajar memasak. Pada hari tertentu, Eyang memanggil koki ke keraton dan kami disuruh membantu koki memasak buat Eyang. Dari sanalah saya belajar memasak. Lama-lama jadi hobi dan keterusan sampai sekarang."

Henry Ismono, Rini Sulistyati