Belum ada penyebab khusus yang menjadi motif bunuh diri, tapi para pakar menyebut beberapa latar belakang seperti kombinasi antara kesulitan ekonomi, kondisi mental yang labil, depresi, pengangguran, dan tekanan pergaulan.
Data mencatat, 71 persen pelaku bunuh diri di Jepang adalah pria. Rata-rata usia pelaku sekitar 30 tahun dan bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi bagi orang-orang di bawah 30 tahun.
Bahkan, ada lokasi bunuh diri paling "favorit" di Jepang, yaitu di Aokigahara, hutan di dekat gunung Fuji. Makanya, kawasan ini paling dijaga ketat oleh petugas keamanan. Di tahun 2002, 83 orang yang mencoba bunuh diri berhasil dicegah dan ditahan untuk diawasi.
Rel kereta api juga menjadi lokasi paling sering digunakan untuk bunuh diri, terutama Chuo Rapid Line. Cara yang paling sering digunakan adalah melompat ke kereta yang sedang melaju kencang, melompat dari tempat tinggi, gantung diri, dan minum obat dalam dosis sangat tinggi. Sedangkan cara terbaru yang sedang tren adalah menggunakan produk rumah tangga untuk membuat racun gas hidrogen sulfida.
Saking gerahnya dengan angka bunuh diri warganya yang terus meningkat, Pemerintah Jepang mulai membuat berbagai macam aturan. Mereka tak segan-segan menyita kepemilikan si pelaku percobaan bunuh diri atau mengirimnya ke penjara jika usahanya bunuh diri gagal.
Lalu bagaimana kalau percobaan bunuh diri itu "sukses"? Keluarga pelaku yang akan menanggung akibatnya. Jika pelaku melakukan bunuh diri di area publik, keluarga didenda sekitar Rp 10 miliar. Bahkan, perusahaan kereta api Jepang akan meminta keluarga menanggung segala kerugian jika ada pelaku yang bunuh diri menggunakan fasilitas perusahaan kereta api.
Sita