"Memang Sudah Takdir Bapak" (2)

By nova.id, Kamis, 26 November 2009 | 23:57 WIB
Memang Sudah Takdir Bapak 2 (nova.id)

Memang Sudah Takdir Bapak 2 (nova.id)

""

Ketika pulang mengajar, Yunan masih sempat menemani anaknya yang belum tidur. Ia baru masuk kamar tidur sekitar jam 23.30. "Kami sempat ngobrol sebentar. Nah, sebelum tidur, Bapak berniat ke kamar mandi. Saat itulah kakinya sudah lemas, tak bisa digerakkan. Mulutnya juga mencong-mencong." Tak hanya itu. Tatapan suaminya juga terlihat kosong. "Seperti tak lagi mengenali saya."

Sebelum dibawa ke RS, tekanan darah Yunan sempat diperiksa tetangganya. "Ternyata tensinya tinggi, 234." Enalia langsung membawa suaminya ke RS Al Ihsan. Di ruang Gawat Darurat, Yunan sempat muntah lalu tak sadarkan diri hingga dinyatakan dokter meninggal dunia pada pukul 02.00.

Enalia sempat memberitahu dokter, suaminya minum obat filariasis. "Namun dokter meragukan kematian Bapak akibat obat tersebut. Dokter hanya mengatakan, kematiannya karena tekanan darah tinggi."

Tolak PengacaraAhmad Yunan memang diketahui memiliki penyakit darah tinggi. "Ketahuan waktu ada pengobatan alternatif tiga minggu lalu. Saat ditensi, tekanan darahnya 180 tapi dia tidak merasa pusing." Enalia juga menyesalkan, sosialisasi yang dilakukan Pemerintah, dianggapnya tidak lengkap.

"Harusnya, kan, ada keterangan bahwa untuk penderita tertentu, seperti hipertensi, jantung, asma, ibu hamil, dan gizi buruk tak boleh minum obat itu. Saat itu juga tak ada pemeriksaan tekanan darah," keluh Enalia. Malam harinya jenazah Yunan dibawa ke Serang untuk dimakamkan.

Meski suaminya tewas usai minum obat yang dibagikan Pemerintah, Enalia tak berniat menuntut. "Mertua saya juga melarang. Makanya, meski kemarin ada pengacara yang datang, saya tolak."

Keluarga, lanjutnya, sudah pasrah dan ikhlas. "Meski sebenarnya ini cobaan terberat yang saya terima, ditinggal suami saat anak-anak masih perlu biaya sekolah, tapi saya yakin, semua pasti ada jalan keluarnya."(Bersambung)

Sita Dewi