Pembunuh Model: "Aku Benci Perempuan Pemarah!" (2)

By nova.id, Senin, 23 November 2009 | 06:36 WIB
Pembunuh Model Aku Benci Perempuan Pemarah! 2 (nova.id)

Pembunuh Model Aku Benci Perempuan Pemarah! 2 (nova.id)
Pembunuh Model Aku Benci Perempuan Pemarah! 2 (nova.id)

"Tersangka DS (Foto: Nove) "

Sempat CeritaAku kenal Tia lewat Shanly, seorang model. Shanly mengajakku ke apartemen Tia (Selasa, 3/11). Sejak itu, aku dan Tia saling SMS dan telepon. Senin (9/11) aku kembali ke apartemennya, janjian membahas make-up dan sharing soal baju. Sekaligus kutawarkan Tia ikut kasting sebuah majalah remaja. Aku ke sana jam 10.00-11.00, dijemput pembantunya, Aam, di lobi apartemen. Berhubung ingin mengyampaikan sesuatu ke Tia, kuminta Aam menunggu di lobi. Saat itu, aku bilang ke Tia, ingin pinjam Rp 600 ribu untuk pulang kampung merayakan Idul Adha.

Lama-lama ada pembicaraan yang membuat kami adu mulut. Mulanya aku ingin menggadai HP, tapi dia merespons dengan kata-kata yang membuatku tak senang. Tahu sendiri, aku paling benci melihat perempuan marah. Kupukul tangan kanan Tia. Ketika dia berdiri sambil memaki-maki, kutarik kerah bajunya. Dia melawan dan menepis peganganku. Kemudian Tia lari ke kamar sambil berteriak.

Di kamar, dia mengambil timbangan badan, mau dipukulkan ke aku. Tapi kudului Tia dengan memukul dahinya. Ia terjatuh dan mengeluarkan darah. Kejadiannya begitu cepat, membuatku panik dan kaget karena di luar rencana. Kuguncang-guncang tubuhnya, ternyata masih bernapas, meski sudah ngos-ngosan. Karena takut pembantunya datang, kuseret Tia ke kamar mandi. Darah yang mengucur, kusiram air biar bersih. Sekaligus berharap dia sadar dan tidak meninggal.

Tanpa sadar, kuambil HP dan dompet Tia, meski tidak bertujuan mengambilnya. Aku keluar dari apartemen dan mengunci pintu kamar tersebut. Kunci kamar kukantongi karena enggak sadar. Pada Aam kukatakan, disuruh majikannya menunggu di bawah saja. Setelah kejadian itu, sebetulnya aku sempat cerita ke teman. Mereka kaget, tak menyangka, dan memintaku berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk.Noverita K. Waldan/bersambung