"Hari Itu Dia Berseri Bak Bidadari" (1)

By nova.id, Rabu, 18 November 2009 | 22:32 WIB
Hari Itu Dia Berseri Bak Bidadari 1 (nova.id)

Hari Itu Dia Berseri Bak Bidadari 1 (nova.id)
Hari Itu Dia Berseri Bak Bidadari 1 (nova.id)

"Suasana pengajian di rumah Yuni. (Foto: Eng Naftali/NOVA) "

Tolak SinetronFokus Retno memang selalu ke pendidikan. Dibanding dua saudaranya, Nia dan Novi, Retno memang paling pintar. Bicara pun, hanya seperlunya. Ia lebih suka berada di kamarnya, membaca.

Kepandainya pula yang membawanya mengikuti Olimpiade Fisika Matematika dan mencapai final tingkat nasional. Retno memang ingin sekali jadi dokter. Aku sangat terharu ketika mendengar alasannya, "Siapa lagi yang mau menjunjung derajat keluarga kalau bukan aku," begitu kata Retno.

Aku yakin, secara otak, Retno sangat mampu karena nilainya sangat bagus. Sayangnya, tidak demikian halnya di segi keuangan. Karena ngeri membayangkan berapa banyak yang harus dikeluarkan untuk kuliah, akhirnya ia urung masuk Fakultas Kedokteran. Ibaratnya, aku mundur sebelum bertempur. Yang salah bukan anakku, tapi aku, ibunya, kenapa enggak mampu membiayai kuliah.

Daripada tak kuliah, akhirnya ia banting setir kuliah di STAN. Alhamdulillah bisa masuk karena nilainya bagus. Aku ingat sekali saat mendaftar di sana, biaya kuliahnya gratis, cuma bayar Rp 16 ribu untuk jaket almamater.

Nah, di sela-sela kuliahnya, Retno menjadi model. Setidaknya, itulah yang aku tahu. Kerja persisnya bagaimana, aku kurang tahu. Sebenarnya, Retno pernah ditawari main sinetron oleh Eko Patrio. Mereka ketemu saat ada peragaan busana di suatu tempat. Tapi putriku tak mau karena sinetron sangat menyita waktu, sementara ia masih konsentrasi dengan kuliahnya.(Bersambung)

Noverita K. Waldan