Seberapa sering berkunjung ke penjara?Hampir setiap hari, sih, kalau saya sedang tidak ada kegiatan atau kalau dia sedang tak ada rapat dengan penasihat hukumnya. Kadang saya enggak tahan juga kalau gabung sama mereka karena bau asap rokok. Biasalah, laki-laki. Ha ha ha...
Apa yang biasa Anda bawa saat mengunjunginya?Makanan. Saya biasanya bawakan makanan olahan sendiri, seperti tahu dan udang yang dimasak dengan santan. Apa, tuh, namanya? Ha ha ha. Kalau adiknya, Lena, yang datang dari Palembang, selalu bawa makanan kesukaannya, lempo, yang sudah dimasak sebelumnya di Palembang.
Selain itu apa saja, sih, kegiatan Bapak di sana?Dia sedang sibuk menulis buku tentang riwayatnya di dalam penjara. Sudah ada beberapa buku yang rencananya akan diterbitkan. Selain itu, meladeni tamu-tamu yang datang, seperti Pak Emha Ainun Najib dan beberapa sastrawan lainnya. Juga main catur atau tenis meja dengan teman-temannya di tahanan. Dia enggak pernah merasa sepi di sana.
Apa, nih, yang paling dirindukan Bapak di rumah?Suara burungnya. Di rumah, dia punya burung jenis kakaktua, beo, dan kenari sekitar 12 ekor. Di Polda juga dia punya burung kenari, dikasih teman sesama tahanan. Bapak paling senang kalau bangun tidur itu baca koran sambil dengar suara burung.
Anak-anak sejauh ini sudah bisa menerima apa yang menimpa ayahnya?Mereka biasa saja, kok. Dari awal, kan, mereka sudah tahu seperti apa risiko pekerjaan papanya. Lagipula, eyang mereka juga, kan, dulu kerjanya di militer. Teman-teman mereka juga baik-baik dan mendukung. Jadi, anak-anak enggak pernah minder dalam bergaul.
Sekarang anak-anak sepenuhnya dalam pengawasan Anda, dong?Enggak juga, ya, karena hampir setiap hari mereka (Andita Dianoctora Antasariputri dan Ajeng Oktarifka Antasari Putri) mengunjungi papanya. Kebetulan yang bungsu sengaja cuti dari kuliahnya di Australia supaya bisa lebih dekat dengan papanya. Jadi, papanya juga masih bisa terus mengawasi anaknya.(Bersambung)
Ester Sondang