Akhir Derita Cinta (3)

By nova.id, Selasa, 10 November 2009 | 22:20 WIB
Akhir Derita Cinta 3 (nova.id)

Akhir Derita Cinta 3 (nova.id)

"Suasana pengajian 6 hari meninggalnya Cinta di rumah keluarga Luluk. "

Saat digendong ayahnya, tangisan Cinta malah makin kencang. Bukannya disayang, Wiwit malah memukuli pantat sambil membentak-bentak Cinta.

Tentu saja Cinta semakin menangis. Antara emosi dan sakit hati, saya memukul Wiwit. Rupanya ia naik darah dan langsung lari ke samping rumah. Bruk!!!! Cinta pun dibanting ke tanah.

Saya histeris melihat kejadian yang memilukan itu. Cinta langsung kejang-kejang. Wiwit panik dan langsung melarikan diri, sementara saya sempat dipukul mertua dan akhirnya pulang ke rumah orangtua. Atas nasihat keluarga, saya lapor ke polisi. Perbuatan Wiwit memang sudah keterlaluan.

Ibu mertua membawa Cinta ke RS Kalisari, Batang. Setelah diperiksa polisi, akhirnya saya menyusul ke RS dan hanya sekitar tiga jam sempat menunggui Cinta sebelum akhirnya ia pergi untuk selamanya. Mungkin kalau bisa bicara, anak itu akan mengadu dan merintih. Cinta hanya bisa menangis dan menangis. Hati saya rasanya teriris kalau mengingatnya.

Kepergian Cinta, sebetulnya sudah ada pertandanya. Ibu saya sempat bermimpi ada orang yang menggali tiga lubang. Pernah juga mimpi gigi atasnya tanggal. Bahkan beberapa sebelum kejadian, tikus di plafon rumahnya selalu gaduh.

Karena merasa ada yang "tak beres", Ibu minta saya segera pulang, paling tidak Cinta dibawa ke rumahnya. Tapi saya tak tega ­meninggalkan keluarga suami yang ­sedang repot karena akan punya hajat. Kalau tahu bakal begini jadinya, tentu saya akan menuruti permintaan Ibu.

Kini semua tinggal kenangan. Keluarga suami sebetulnya minta saya mencabut laporan dan bilang ke media bahwa masalah ini sudah selesai. Saya memang tak memberi jawaban. Saya cuma berharap ­suami saya segera tertangkap. ­Nyawa harus diganti nyawa!(Tamat)

Sita Dewi