Menulis BukuSampai hari ini, aku merasa baik-baik saja. Memang perlu waktu pemulihan. Misalnya saja, melatih tangan kiriku bergerak. Dengan diangkatnya payudaraku, ada pengaruhnya pada tangan kiri. Aku mesti rajin melakukan fisioterapi sendiri. Tanganku sudah bisa bergerak normal tapi memang tidak boleh mengangkat beban yang terlalu berat.
Kanker, katanya, memang tidak bisa hilang. Istilahnya, harus survival. Makanya aku menganggap, kanker adalah pasangan dansaku. Aku tinggal menyesuaikan dengan irama musiknya agar tarianku indah. Artinya, aku harus memahami irama tubuhku. Misalnya saja, aku tidak boleh terlalu capek. Saat tubuh perlu istirahat, aku harus istirahat.
Satu hal penting yang kulakukan adalah menjaga pola makan. Kini aku menjadi vegetarian. Aku juga menghindari segala macam zat pewarna. Tiap hari aku mengonsumsi sekitar 8 gelas jus. Baik jeruk, jambu merah, wortel, apel, atau bit. Dengan pola makan yang kulakukan, sampai sekarang aku tidak tergantung pada obat lagi. Aku pun bisa beraktivitas biasa. Bahkan mengendarai mobil pun, kulakukan sendiri.
Sekarang aku ingin hidupku berarti bagi teman-teman penderita kanker. Salah satunya, menulis buku yang berisi pengalamanku yang berjudul Nobody Happy with Cancer. Be Brave and Smart. Aku juga secara berkala menulis di sebuah majalah tentang kanker.
Selama di Jakarta, aku juga sering bicara di radio dan berbagai komunitas, misalnya di acara pengajian. Aku rutin menemani sekaligus menguatkan penderita kanker bersama teman-teman di CISC (Cancer Information & Support Center).
Sudah beberapa bulan ini aku tinggal di Yogyakarta bersama anakku. Seminggu sekali, suami menjenguk kami. Aku memang ingin kondisi yang lebih tenang, tidak polusi. Aktivitasku tetap, yaitu menemani orang yang senasib denganku. Secara berkala aku mengunjungi mereka di rumah sakit.
Satu hal yang selalu kukatakan pada mereka, "Hadapi kanker dengan berani dan tenang!"
Henry Ismono