Di situs salah satu produk yang beredar di Indonesia disebutkan, dengan memakai selaput dara buatan ini, malam pertama pengantin bisa "didapatkan" kembali kapan saja. Kok, bisa? Katanya, produk yang beratnya hanya 0,08 kg ini dilengkapi dengan cairan berwarna merah yang menyerupai darah sehingga seolah-olah selaput dara perempuan yang memakainya baru robek untuk pertama kalinya saat itu.
Di situs itu juga disebutkan, selaput dara buatan aman digunakan karena tanpa efek samping, tak sakit, serta tidak menimbulkan reaksi alergi karena terbuat dari bahan alami. Cara pakainya? Mudah saja! Cukup ditempelkan ke vagina 15-20 menit sebelum berhubungan intim. Bisa juga dicelupkan ke dalam air terlebih dulu.
Meski di Indonesia baru beredar beberapa bulan terakhir, di Jepang sendiri selaput dara buatan ini sudah dibuat di Kyoto sejak 1993. Awalnya hanya beredar di Negara Sakura saja, tapi dua tahun kemudian menjangkau Thailand dan kini merambah ke Asia Tenggara, Asia Selatan, dan negara-negara Timur Tengah.
Sangat Berbahaya
Benarkah produk ini aman seperti yang diklaim produsennya? "Bahaya!" Begitu komentar Dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG, MARS dari Klinik Pasutri. Meski mengaku belum pernah melihat secara langsung, ginekolog dan konsultan seks ini memperkirakan cara pakai produk ini mirip kondom untuk perempuan, yaitu dimasukkan ke vagina.
"Yang ini mungkin ditempelkan ke selaput dara. Kalau robek, produk ini mengeluarkan darah buatan, yang mungkin terbuat dari herbal atau getah-getahan. Menurut saya ini berbahaya sekali karena darahnya pun darah buatan. Bisa saja menyebabkan kanker," jelasnya saat berbincang dengan tabloidnova.com. Apalagi, lanjutnya, konon produknya bisa digunakan berkali-kali.
Selain menyebabkan infeksi, bisa juga disalahgunakan pekerja seks karena masih ada pria hidung belang yang bersedia membayar mahal demi mendapatkan gadis perawan. Alhasil, Boyke menganggap kehadiran produk ini lebih banyak mudaratnya dan setuju jika dilarang beredar di Indonesia. "Khawatirnya, bisa membuat makin banyak orang melakukan seks bebas, terjangkit penyakit kelamin, dan kanker mulut rahim."
Tingkat aborsi, lanjutnya, bisa makin tinggi. "Kalau kondom, kan, gunanya mencegah penularan penyakit kelamin dan kehamilan yang tidak diinginkan. Nah, kalau menggunakan produk ini, sperma tetap masuk dan kita tidak tahu apakah bisa ikut tertarik keluar ketika penetrasi selesai. Akibatnya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan tingkat aborsi akan meningkat," ungkap Boyke yang sepakat dengan larangan Pemerintah Mesir untuk mengimpor produk ini.
Apakah menggunakannya bisa dikategorikan membohongi pasangan? "Tergantung. Sebab, ini juga salah satu pukulan telak bagi pria yang menghendaki pasangannya masih perawan saat menikah tapi dia sendiri sebetulnya sudah tidak perjaka. Hanya saja, bagi pria yang masih perjaka, ya, ini sebuah pembohongan."Hasuna