Sebelum meletakkan paket mukena dari GMB, Dhina minta izin dan menerangkan niatnya pada pengurus musala yang kebetulan masih kerabat suaminya. "Mereka langsung menerima dan justru merasa terbantu karena selama ini belum ada yang wakaf mukena." Di sisi lain, tutur Dhina, "Ada juga kerabat yang bilang saya kurang kerjaan, mau-maunya nyuci mukena segala. Saya ikhlas, kok, jadi enggak ada beratnya. Aturan mencucinya, minimal memang seminggu. Tapi kalau sudah kotor, tiga hari pun saya cuci. Biasanya saya suruhan pembantu mengambil dan mencucinya. Anak sulung saya, Aura, biasanya saya tugasi untuk melihat, mukenanya sudah kotor apa belum. Musala itu jarang didatangi jamaan perempuan. Kebanyakan laki-laki. Tapi nyatanya pasti kotor. Berarti ada yang pakai, kan?"
Setahun menjalani tugas sebagai relawan, Dhina mengaku merasakan enerji positif. "Bagi saya, GMB memberi terapi untuk menjaga hati tetap bersih (dengan menjaga amanah). Alhamdulillah, saya merasa jauh lebih sehat dan hati saya pun lebih tenang serta ikhlas," ujar Dhina yang tertantang untuk ambil paket lagi. "Rencananya mau ditaruh di musala di gedung kantor saya. Saya lihat mukena di sana juga kurang terpelihara. Mungkin marbotnya berpikir, banyak karyawati yang bawa mukena sendiri sehingga mukena di musala tak terpelihara."Rini SulistyatiFoto-Foto: Ahmad Fadillah/NOVA