"Drama Penculikan" Yang Semaikin Pelik (1)

By nova.id, Selasa, 29 September 2009 | 17:28 WIB
Drama Penculikan Yang Semaikin Pelik 1 (nova.id)

Drama Penculikan Yang Semaikin Pelik 1 (nova.id)

""Saya berharap anak-anak bisa segera kembali lagi. Saya kangen banget," ujar Martina yang sampai sekarang belum bisa bertemu anaknya. (Foto: Hasuna Daylailatu/NOVA) "

Seto Mulyadi dilaporkan polisi dengan tuduhan menculik 2 anak. "Saya memberi mediasi, kok, malah dituduh menculik." Kasus ini memang pelik. Ibu anak-anak itu merasa dipersulit mendapatkan anak-anaknya padahal hak asuh ada di tangannya. Masalah jadi melebar ketika ada permintaan uang dari pihak yang dititipkan anak-anak itu.Hasuna Daylailatu

Kisah penculikan Imanuel (13) dan Rafael (8) yang terjadi Agustus lalu, memasuki babak baru yang tak kalah pelik. Alkisah, ibu mereka, Martina Gunawan (42) mendatangi Polres Jakarta Barat. Ibu tiga anak ini lapor, dua anaknya, Imanuel dan Rafael diculik Seto Mulyadi alias Kak Seto. "Karena dia yang sering berkomunikasi dengan anak saya," kata Martina memberi alasan.

Lalu apa hubungan Martina dengan Seto? Rupanya, sejak tahun silam, ketua Komnas Perlindungan Anak itu dilibatkan dalam masalah rebutan anak antara pasangan Martina dan mantan suaminya, Lukas Liliek. Kata Martina, hak perwalian ada di tangannya tapi Imanuel dan Rafael dikuasai Liliek dan Martina tak bisa bertemu dua buah hatinya ini. Alhasil, Martina mengadu ke Ny. Shinta Nuriyah, istri Gus Dur, dan Shinta pun memanggil Seto untuk ikut menyelesaikan masalah ini.

Belakangan, justru Seto dituduh menculik. Padahal, kata pria berkacamata ini, setelah dapat pengaduan dari Martina, "Saya langsung menghubungi Lukas Liliek yang tinggal di Semarang. Dia mengakui, hak asuh ada di Martina tapi anak-anak merasa lebih nyaman tinggal bersama ayahnya."

Dua bulan setelah itu, Liliek dan pengacaranya malah ingin menyerahkan Imanuel dan Rafael ke Komnas Perlindungan Anak. "Alasannya, anak-anak itu diteror ibunya agar mau tinggal bersamanya," kata Seto. Sementara Liliek tak bisa melindungi dua anaknya karena saat itu ditahan polisi lantaran memalsukan surat pemberkatan perkawinan di gereja. Rupanya perkawinan mereka hanya dicatatkan di Kantor Catatan Sipil tanpa ada pemberkatan di gereja. Makanya, pernikahan mereka dianggap tidak sah.

Berhubungan saat itu Seto sedang ada acara di Surabaya, penyerahan Imanuel dan Rafael dilakukan di Surabaya. "Saksinya polisi dari Polsek Wonokromo," tutur Seto yang keesokan harinya membawa kedua anak itu ke Jakarta. Ia pun langsung memberitahu Martina, dua anaknya ada bersamanya. "Martina tampak senang dan ingin bertemu." Seto menyanggupi. Ia berpikir, masak ada ibu mau ketemu anak sendiri tidak boleh.

Apa boleh buat, saat tahu akan dipertemukan dengan ibunya, anak-anak itu menolak. "Saking ketakutan, mereka muntah-muntah. Pertemuan akhirnya dibatalkan karena Imanuel dan Rafael tidak siap secara psikis untuk bertemu ibunya. Mereka lalu tinggal di rumah Roostien, salah satu anggota Komnas PA."