Meski film Soekarno sudah tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, namun konflik masih terus bergulir. Awalnya, kasus ini bermula dari ketidaksetujuan putri Soekarno, Rachmawati, terkait tokoh Soekarno yang diperankan oleh Aryo Bayu.
"Kenapa Aryo Bayu, karena menurut saya memang itu yang pas. Munculnya pertama kali konflik sebenarnya sederhana. Ketidakcocokkan pemain. Kalau kita sikapi dengan dewasa sebenarnya enggak akan ada masalah seperti ini," tutur Hanung saat ditemui tabloidnova,com di Citywalk, Jakarta Pusat, Selasa (17/12).
Padahal, menurut Hanung, Rachmawati ikut tergabung dalam pemilihan casting di film yang menceritakan ayahnya ini. "Bu Rachma melakukan proses casting dan saya di dapur film juga melakukan casting. Kita buka sistem casting online. Setelah di casting sama Bu Rachma, di casting ulang di dapur film. Ada Imam Wibowo, Agus Kuncoro. Saya ingin memunculkan tokoh ini adalah hero. Makanya pilihan saya orang yang punya postur 170 ke atas. Agus Kuncoro, Darius, Aryo Bayu. Kita casting dengan baju. Itulah yang kita present. Muncullah pandangan gesture bapak enggak kayak gitu. Saya bilang, kita bikin film, yang kita bikin representasi tokoh Soekarno bagi kaum muda. Sempat berpikir Soekarno dimainkan orang Belanda. Kita pikir lagi, masa Soekarno yang benci Belanda, sosoknya dimainkan oleh Belanda," terang Hanung.
Menurut Hanung, Rachma merasa ditinggal lantaran proses casting tersebut tak melibatkan dirinya sepenuhnya. "Bu Rachma merasa ditinggalkan. Akhirnya ibu diundang ke MPV untuk lihat dan diskusi, tapi ibu enggak datang," terangnya.
Icha/Tabloidnova.com