Sebelumnya, Rachmawati melalui Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) bekerjasama dengan Multivision Plus Picture (MVP) untuk menggarap film itu. Sayangnya, di tengah jalan, Rachmawati memilih mundur lantaran visi dan misi keduanya tak sejalan. Rachmawati terang-terangan tak setuju dengan pemilihan Aryo Bayu sebagai Soekarno.
Lalu, apa tanggapan Hanung? "Saya ingin klarifikasi, yang kita lakukan adalah membuat film itu positif. Saya enggak pernah terpikir membuat film untuk menjelekkan orang, sebaliknya buat sesuatu yang menginspirasi anak muda," tutur Hanung ketika ditemui tabloidnova.com di Multivision Tower Ruang Mezanine, jalan Kuningan Mulia Lot 9B, Jakarta Selatan, Rabu (19/9).
Keputusan Rachmawati untuk melakukan somasi, lantaran MVP tetap akan mengedarkan film Soekarno: Indonesia Merdeka dengan Aryo Bayu sebagai pemeran utamanya. "Kami dan Ibu Rachma itu berpisah baik-baik, karena Ibu Rachma tak setuju dengan pihak kami yang memilih Aryo Bayu sebagai Soekarno," terang Hanung.
Tak cuma perseteruan itu, Rachma juga menilai Hanung sudah mencuri idenya dengan tetap membuat dan mengedarkan film Soekarno: Indonesia Merdeka. Sebaliknya, Hanung menampik kalau judul film itu adalah ide dari Rachmawati. "Ibu Rachma menuduh kami menyolong ide. Beliau bilang film Soekarno itu adalah ide beliau. Sebenarnya film Soekarno ini bukan ide melainkan sejarah yang sudah ada," tegas Hanung.
Okki/Tabloidnova.com