Komunitas Dakwah, Ajang Syiar Kaum Muda

By , Minggu, 23 Agustus 2015 | 03:37 WIB
MJWJ Tangerang (Foto: Dok Pri) (Nova)

Man Jadda Wajada (MJWJ)

omunitas Man Jadda Wajada (MJWJ) terbentuk dengan cara yang unik. Spirit MJWJ dimaknai secara personal oleh Abdul Rahman (23) yang dikenal dengan panggilan Akhi Rahman. Pengalaman spiritualnya bangkit dari titik nol dan hijrah menjadi muslim yang lebih baik ia ungkapkan lewat tulisan. Ia pun mengingatkan beberapa teman lewat SMS.

Ternyata, responsnya positif. Beberapa temannya memintanya untuk rutin memberikan motivasi lewat SMS. Melihat banyaknya respons positif terhadap tulisannya, ia memutuskan membuat akun Twitter pada tanggal 30 Juni 2011 bernama @ManJaddaWaJadaa agar lebih banyak yang bisa membacanya.

Tak disangka, follower-nya kian bertambah dan terus berkembang, terutama anak-anak muda yang seumur dengannya. Secara rutin, pria kelahiran Sekkang, Sulawesi Selatan ini pun menjalin interaksi dengan para follower-nya. Serius dan berkomitmen untuk berbagi sekaligus syiar, ia kemudian bertemu dengan salah satu grup nasyid paling top di kota Angin Mamiri, Makassar. Mereka mendukung Akhi Rahman membentuk komunitas dan program yang fun tapi sekaligus menjadi ajang syiar kepada kaum muda. Dengan konsep matang dan teman yang mendukung, Akhi Rahman pun mantap membentuk komunitas MJWJ Makassar pada tanggal 20 Mei 2013. Tagline-nya pemuda, dakwah dan cinta menjadi spirit komunitas.

Seiring berjalannya waktu, komunitas ini makin giat melakukan aktivitas dakwah. Akhi Rahman membagi kepengurusan dalam lima divisi, mulai dari divisi dakwah, kreatif, dana usaha, sosial dan aksi peduli. Ia juga membagi anggota menjadi dua, yaitu pengurus yang masuk dalam jajaran struktural serta anggota yang ia sebut sajadah (sahabat manjadda wa jada).

Berbagai kegiatan terus dilakukan. Ia juga menggelar program master yang bergerak di wilayah Sulawesi Selatan dengan program blusukan dakwah. Secara rutin, komunitas MJWJ masuk ke dalam pengajian kaum muda dan berbagi cerita serta motivasi.

Gerakan dan aktivitas di lini masa yang terus-menerus membuat komunitas MJWJ semakin dikenal dan mulai dilirik beberapa kota lain. Jadilah, chapter-chapter komunitas MJWJ bermunculan di Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, Surabaya dan Palembang. Menurut Akhi Rahman, “Setidaknya sudah 500 anggota pengurus dan sajadah yang aktif memajukan komunitas MJWJ.”

Komunitas ini juga mengajak anggotanya untuk kreatif mengembangkan bakat dan minat. Tak heran, komunitas ini sudah menghasilkan dua buku. Yang pertama digagas oleh sang founder dengan judul I BELIEVE: Jomblo Bermartabat Merried Bermanfaat di tahun 2013. Buku kedua yang diterbitkan pada tahun 2014 berisi kompilasi tulisan para anggota komunitas MJWJ dengan judul CINTA ITU: Memantaskan Diri Memantapkan Hati. Kini, buku ketiga berupa antologi cerpen, dalam proses pengerjaan dan ditargetkan terbit tahun ini.

Akhi Rahman dan komunitasnya juga membuat website berisi kultwit, agenda rutin komunitas, berita komunitas, hingga berita-berita Islami yang bisa memberikan inspirasi untuk semua masyarakat. Tak tanggung-tanggung, komunitas ini pun memiliki theme song yang dikarang dan dinyanyikan oleh Akhi Rahman bersama anggota komunitas. Kreativitas dan minat bakat memang mendapat tempat di komunitas ini karena kaum muda biasanya punya banyak energi dan ide yang bisa diekspresikan secara positif.

Komunitas ini juga semakin giat melakukan aksinya di bulan suci Ramadan. Chapter MJWJ Surabaya misalnya, menggelar program spesial seperti Rendhang (Renungan Ramadhan Bareng). Agenda ini mengajak kaum muda untuk sharing bersama para ustaz muda. Aksi sosial juga digalang oleh MJWJ Makassar bekerja sama dengan komunitas lain dengan membagikan 310 takjil kepada warga yang berada di lingkungan TPA (tempat pembuangan akhir), Antang, Makassar. MJWJ Depok pun tak ketinggalan, mengajak melakukan sedekah dengan program Donasi Cinta untuk berbuka puasa bersama 100 anak yatim piatu serta memberikan 300 takjil dan Sahur On The Road.

Menurut Akhi Rahman, semua kegiatan yang diagendakan oleh komunitas menjadi visi dan misi untuk melakukan syiar dan mengajak kebaikan kaum muda. “Ke depan, di akhir tahun kami ingin membuat agenda Silat Akbar dan Silaturahmi Akbar yang dapat dihadiri oleh seluruh anggota komunitas MJWJ,” kata Akhi Rahman.  

ama halnya dengan MJWJ, Dai Muda Indonesia (Damai) juga menjadi salah satu wadah aktif berdakwah lewat berbagai kegiatan. Wadah ini digagas oleh ustaz gaul Zacky Mirza yang akrab dipanggil Bang Zeck. Menurut Bang Zeck, selama ini belum ada wadah yang bisa menaungi seluruh ulama dengan berbagai faham yang berkembang di Indonesia. “Uniknya, kyai-kyai dari berbagai faham ada di sini semua, dari Persis (Persatuan Islam), NU, Muhammadiyah, semua ada. Pokoknya, semua teman-teman berkumpul di sini,” jawab ustaz asli Betawi ini.

Ditambahkan oleh Bang Zeck, ia ingin membuat beberapa kegiatan yang bisa menggandeng banyak komunitas. “Kebanyakan organisasi yang ada, kan, menggelar tabliq akbar. Memang bagus, tapi saya ingin membuat gerakan dakwah dengan cara yang menyenangkan. Alhamdulillah, Damai sudah 5 bulan berjalan,” sahutnya.

Menurut Bang Zeck, konsep dakwah yang diusung teman-teman yang bergabung dalam Damai memang bersifat lebih spontanitas. “Memang tidak ada program yang direncanakan secara khusus dan rutin, tetapi kami biasanya bergerak secara spontan. Kebanyakan aksi-aksi sosial. Ya, maklum karena masing-masing dai juga punya aktivitas sendiri-sendiri. Tetapi, kalau meminta kami melakukan aksi sosial lewat berdakwah, teman-teman Damai siap,” ceritanya.

Bang Zeck mengaku cukup terkejut karena gerakan inisiasinya ternyata direspons postif oleh para dai muda yang kemudian meminta bergabung. “Tim inti memang baru 9 orang, tapi ketika jalan ke beberapa daerah, teman-teman dai di daerah pun langsung ikut bergerak. Yang jelas, teman-teman dai dapat berkumpul di Damai. Kami semua menikmati hidup dengan berdakwah dan memang inginnya semua lini kehidupan bisa diwarnai dengan dakwah pula,” ujar Bang Zeck.

Dilanjutkan Bang Zeck, beberapa waktu lalu saat Damai mengajak Komunitas Motor Gede (Moge) untuk turun ke jalan dan bersedekah ke beberapa daerah, responsnya pun positif. “Insya Allah nanti mau jalan lagi ke Kalimantan,” tukasnya.

Ditegaskan pula oleh Bang Zeck bahwa Damai ingin bisa masuk ke berbagai lini dan bergabung tanpa memikirkan kepentingan-kepentingan duniawi. “Jadi enggak hanya bersama komunitas Moge saja ya, kami juga masuk ke teman-teman yang bergabung di komunitas Onthel. Kami mencari simpul di mana Damai bisa langsung bergabung tanpa pilah-pilih,” sahutnya.

Damai juga melakukan beberapa kegiatan syiar lewat makanan. “Saya dan teman-teman Damai bahkan diajak syuting masuk dapur. Kami sih, ayo saja, ini kan bisa mengubah imej bahwa kyai itu enggak hanya ceramah tapi bisa diselingi berbagai aktivitas sambil tetap syiar. Misalnya mengenalkan kuliner yang syar’i,” tambahnya.

Untungnya, Bang Zeck merasa banyak dai yang sepaham dengan misi Damai. “Duduk bersama untuk berbagi dan berdakwah tapi dengan cara berbeda dalam berbagai kesempatan,” jelasnya lagi. Bang Zeck berharap, kegiatan Damai akan terus berlanjut dan berkembang agar dakwah bisa diterima oleh semu kalangan masyarakat. “Let it flow aja sih prinsipnya. Semoga Damai bisa terus jalan dan kami semua menikmati hidup lewat berdakwah,” harapnya. Swita Amalia