Kenapa?
Menurut aku, sastra dalam dunia musik Indonesia mulai kering. Sekarang, tugas aku untuk mulai berkontribusi dan mengembalikan era itu.
Sejak kapan senang membuat lagu?
Sejak kelas 1 SMP. Sempat membentuk band tapi enggak pernah membawakan lagu buatan sendiri. Pertama kali menyanyikan lagu sendiri,ya, baru sekarang.
Bagaimana ceritanya lagu Doremi bisa laku di pasaran?
Bisa dibilang karena materinya berbeda dan segar. Aku memilih terjun ke genre akustik reggae. Selain itu, lirik lagunya juga kocak. Di satu bait, ada kalimat 'Fa, fastikan kau tetap menunggu'. Ha ha ha... Padahal, aku kehabisan kata-kata, tapi justru disitu lah menariknya lagu ini.
Tanggapan orangtua dan keluarga bagaimana?
Dulu, sih, enggak didukung. Aku bisa dibilang pemberontak, dalam arti punya pendapat yang berbeda dengan orangtua. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membuktikan ke mereka kalau aku mampu meraih impian aku. Akhirnya, mereka menyadari, impian itu penting untuk seorang anak dan orangtua harus mendukungnya.
Sekarang, sudah bisa merasakan hasil kerja kerasnya, dong?
Alhamdulillah, sudah bisa makan empat sehat lima sempurna. Dulu waktu masih nge-kos di Bandung, satu sehat dua sempurna. Ha ha ha... Sekarang, sudah indekos di Jakarta dengan kamar mandi di dalam. Kadnag rindu bisa berbagi dengan teman dan tetangga seperti di indekosan yang dulu. Buat beberapa orang, mungkin biasa, tapi buat aku, ini sebuah hal yang patut disyukuri. Untuk sampai ke sini dan bisa mengobrol dengan wartawan seperti sekarang adalah perjuangan yang tidak mudah.
DEMI EKSISTENSI