"Kami berteman sejak 5 tahun lalu. Kala itu sebetulnya kami sudah saling suka, tapi masing-masing punya pacar. Nah, ketika dia pulang dari sekolah musik jazz di Belanda, kami dekat kemudian berpacaran," ungkap Dira.
Tidak tanggung-tanggung, 2 minggu setelah berpacaran, Elfa mengajak Dira untuk menikah. Dira mengangguk. Dira yakin dengan Elfa, karena pria berdarah Makasar itu dinilai punya misi dan visi hidup yang jelas, bertanggungjawab, musisi, dan seiman. "Aku menyadari selama ini susah berhubungan dengan kekasih beda profesi. Selain itu, pacarku sebelumnya sering beda agama. Kalau banyak kesamaan, kan, lebih enak," ujar Dira. Orangtua pun langsung setuju dengan pilihan Dira, karena selama ini mereka selalu memberi kepercayaan dan berharap Dira segera menikah.
Dira-Elfa sedang sibuk-sibuknya dengan karier. Karena itu, segala urusan pernikahan diserahkan ke WO dan dibantu teman-temannya. "Tadinya kami ingin menikah di tanggal cantik, 20-11 (November) 2011, tapi venue-nya sudah di pesan semua," ujar Dira yang sedang terlibat di Musikal Laskar Pelangi.
Sambil menunggu hari "H", Dira-Elfa saling menyelami pribadi masing-masing. Penyesuain ini kadang menimbulkan sedikit kekagetan, tapi itu jadi pembelajaran buat mereka. "Karena kedekatan kami ada target menikah, pressure-nya memang lebih besar. Enggak apa-apa, kami ingin nanti berumahtangga dengan komunikasi yang baik dan terbuka," ujar Dira yang mulai melibatkan Elfa dalam mengambil keputusan kariernya.
Setelah menikah Dira ingin langsung punya momongan. "Ada, sih, yang bilang tunda dulu, karena karier saya sedang bagus. Tapi aku percaya, anak adalah rezeki dari Allah," ujar Dira yang akan memperkenalkan musik ke anak sejak dini.
Tarmizi