Sang Pencerah Promosi Door to Door

By nova.id, Jumat, 10 September 2010 | 17:02 WIB
Sang Pencerah Promosi Door to Door (nova.id)

Sang Pencerah Promosi Door to Door (nova.id)

"Foto: IST "

Satu lagi film karya sutradara Hanung Bramantyo yang layak untuk disimak, Sang Pencerah (SP). Film ini menceritakan tentang perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam menyiarkan Islam dari sisi yang berbeda, sebagai agama yang mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan.

Selain itu, KH Ahmad Dahlan juga ingin agar umat Islam berpikiran maju sesuai perkembangan zaman. "Diusianya yang masih muda, kala itu baru 21 tahun, KH Ahmad Dahlan sudah membuat suatu perubahan. Saya pribadi sangat terinspirasi dengan tindakan nyata beliau. Mudah-mudahan melalui film ini akan lebih banyak lagi generasi muda yang tahu siapa KH Ahmad Dahlan dan apa saja yang telah dilakukan KH Ahmad Dahlan, untuk Muhammadiyah khususnya," papar Hanung.

Bagi Hanung pribadi, menyutradarai film ini merupakan wujud nyata mimpi yang selama ini ia idam-idamkan. Sejak 1994, ketika masih duduk dibangku SMA, Hanung telah terinspirasi dengan sosok KH Ahmad Dahlan, hingga pernah bercita-cita ingin membuat filmnya.

Beruntung, ketika menggarap film ini, Hanung disupport penuh oleh sang istri, Saskia Adya Mecca yang juga turut berperan sebagai Siti Walidah, istri KH Ahmad Dahlan. "Saya melihat Saskia punya bakat terpendam untuk bekerja dibalik layar. Seluruh pemain SP yang memilih Saskia. Saat kasting, rata-rata cocok dengan karakternya," ungkap Hanung.

Sementara untuk pendalaman tokoh Walidah, Saskia mengaku tak menemui kesulitan berarti. "Sejak awal break down karakter, saya sudah mendapat gambaran karakter Ibu Walidah saat mendengar Mas Hanung berdiskusi dengan timnya."

Meski SP baru tayang pada 8 September, beberapa minggu sebelumnya, Hanung Bramantyo, tak segan melakukan promosi door to door. "Promosi door to door itu saya lakukan ke sekolah-sekolah Muhamadiyah," papar pria asal Yogyakarta ini.

Minim leteratur

Salah satu kesulitan dalam pembuatan film ini adalah penggambaran karakter yang tepat. Ahmad Dahlan hidup di tahun 1800-an. Menurut Lukman Sardi yang memerani sang pahlawan di usia 21 tahun, tak ada literatur yang menggambarkan karakter Ahmad Dahlan secara lengkap.

"Yang ada hanyalah buku-buku yang memuat pemikiran beliau. Tapi kalau kepribadiannya, bahkan cucu beliau yang masih hidup saja sudah lupa," ujar Lukman. Hal yang sama juga dirasakan oleh aktor senior Ikranegara. Memerankan tokoh ayah Ahmad Dahlan, Ikra lebih banyak menggodok karakter bersama sang sutradara, Hanung. Diskusi-diskusi panjang dilakukan setiap hari demi mendapatkan formula yang tepat bagaimana memerankan tokoh yang tergolong penting itu.

"Secara garis besar, menurut saya, tokoh ayah Ahmad Dahlan adalah sosok yang konvensional. Sementara Ahmad Dahlan adalah tokoh muda yang berpikiran modern di zamannya. Jadi, hubungan ayah-anak ini penuh dengan ketidakcocokan. Seperti banyak dialami ayah-anak lain" beber Ikra.

 Ajeng, Erni