Gadis kelahiran Bandung, 15 Agustus 1985 ini memulai kariernya di dunia sinetron 5 tahun lalu. Awalnya, ia tidak pernah bermimpi bakal ikutan nyemplung sebagai aktris, seperti sang kakak, Sheny Andrea. Keinginan Eva untuk mengadu peruntungan di dunia peran terpicu, tatkala seorang agensi model di kota kelahirannya menganjurkan Eva ikut casting sinetron di Jakarta.
"Tadinya aku pikir omongan orang itu tipuan, tapi entah kenapa Tuhan kasih keyakinan sama aku untuk berangkat ke Jakarta. Eh, enggak tahunya beneran dapet peran di sinetron Culunnya Pacarku (sinetron perdananya)," cerita Eva.
Di sinetron perdananya itu Eva langsung mendapat peran antagonis. Ia pun tidak terlalu kaget, jika di semua peran-peran selanjutnya selalu diberikan peran antagonis. "Itu karena wajahku jutek (judes)," aku Eva.
Kini, boleh dibilang, akting Eva untuk peran jahat lumayan cakap. Satu per satu tawaran antagonis seakan tak berhenti. Tercatat sudah lebih dari 10 judul sinetron dimainkan Eva. Itu belum termasuk perannya di film Catatan Akhir Sekolah dan Suster Ngesot. Tak heran jika Eva merupakan salah satu pemain antagonis yang paling laris. Ilmu antagonis itu dipelajari Eva secara otodidak, lo.
Menurutnya, berperan antagonis bukan urusan mudah. "Bayangkan saja, aku harus jadi orang yang bukan aku. Belum lagi ketika mood sedang baik, tapi disuruh beradegan marah. Itu, kan, susah sekali. Ya, mau enggak mau, aku belajar lagi kepada senior-senior di lapangan," tutur Eva yang aslinya ramah.
Ya, akting Eva memang kerap berhasil membuat para ibu penikmat sinetron merasa gemas dan sebal kepadanya. Awalnya ia memang merasa risih dengan julukan "wanita jahat" yang ada di pikiran penontonnya, tapi lama-kelamaan biasa saja. "Masyarakat kita, kan, sudah pintar. Mereka bisa membedakan mana yang akting dan sesungguhnya. Ya, kalau ada yang ngatain aku seperti itu, aku tetap ramah, kok. Sampai akhirnya mereka sendiri yang bilang, 'Ternyata kamu aslinya baik, ya.' Ha ha ha."
Tapi pernah juga, saat sedang berada di pusat perbelanjaan, ada beberapa pramuniaga yang enggan melayani Eva. "Waktu itu teman aku yang dengar pembicaraan para pramuniaga di sana. Katanya, 'Malas, ah, ngelayanin Cyntia (peran jahat Eva di Cinta & Anugerah, Red). Habis dia nyebelin'," cerita Eva lagi seraya tertawa.
Lantaran kesibukan di sinetron stripping pula, Eva harus berhenti dari kuliah di jurusan Gizi di Akademi Gizi, Bandung. "Dulu, aku pikir bisa ngejalanin pekerjaan ini bersamaan dengan kuliah. Ternyata capek banget. Setiap hari aku kuliah jam 7 pagi. Siangnya ke Jakarta untuk syuting sampai jam 2 dini hari. Pagi itu juga harus pulang ke Bandung lagi supaya bisa masuk kuliah. Aktivitas seperti itu kujabani hampir setahun, hingga akhirnya aku menyerah. Enggak kuat," kenang Eva yang sedang sibuk di sinetron Kejora & Bintang.
Secara materi, kerja kerasnya ini tentu saja menguntungkan. Di tahun 2005, Eva mengaku mendapat bayaran Rp 500 ribu per-episodenya. Kini, pastinya, sudah berlipat-lipat. Yang pasti, ia sudah membelikan sang Mama, Popon Permasih, sebuah rumah, mobil, dan tanah di Bandung. Sedang untuknya sendiri, Eva sudah memiliki rumah dan mobil.
"Puji syukur kepada Allah SWT aku dikasih berkat segini banyak. Rencananya Juni ini aku mau kuliah lagi. Main sinetronnya tetap, enggak ditinggalin. Aku enggak mungkin ninggalin dunia akting, karena inilah ladang pekerjaanku saat ini."Ester