Itu sudah terbukti, dengan suksesnya tayangan religi di luar non ramadhan, seperti Rahasia Ilahi, Takdir Ilahi, Si Entong, dll Kini, TPI kembali menyajikan sebuah tayangan religi terbaru bertajuk Mushola Pak Lukman. Program ini disiarkan sejak 19 Desember 2008, setiap Selasa dan Kamis, pukul 05.00 WIB. Selama 30 menit, pemirsa dapat melihat aksi dari pesohor Ustadz Yusuf Mansyur menjadi bintang sinetron, berperan sebagai Pak Lukman dan 3 orang sahabatnya, yakni Dion, Uut dan Buyung yang tergabung dalam Trio Laskar dalam menyelesaikan berbagai konflik kehidupan yang mereka hadapi.
Yusuf Mansyur sendiri yakin, sinetron ini bakal digemari oleh pemirsa TPI, sebab, kisah-kisah dalam sinetron ini gaya berceritanya bertutur, tidak menggurui, ''Dengan tokoh Pak Lukman sendiri, saya bisa menceritakan kejadin-kejadian yang kerap terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, tampa sedikit pun untuk menggurui siapa pun, '' uajr Yusuf Mansyur via hend phone-nya. Ketika diwawancarai ustadz kondang ini tengah dalam perjalanan dari Sungai Danau ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Masih menurut Yusuf Mansyur, setting sinetron ini banyak di lakukan di alam terbuka, seperti menggambil lokasi syuting di kawasan Puncak, Bogor, Bekasi, Bandung. Kalau pengambilan gambar di dalam ruangan di di lakukan di pesantren Da'rul quran, tempat Yusuf Mansyur ber-tausiah dan mengelola pesantren tersebut.
Dalam Mushola Pak Lukman ini, ada sekuel atau episode tertentu dimana ustadz bercerita tentang kehidupan masa lalunya., '' He he he, memang ada dalam sientron ini kisah kehidupan saya lalu-lalu, seperti bagaimana susahnya mencari rejeki dan dikejar-kejar hutang. Akan tetapi itu nanti, belum keluar. Sinetron ini usianya di televisi akan panjang, mungkin akan sampai ketemu di bulan ramadhan nanti,'' ujar Yusuf Mansyur yang menyayangkan sinetron tersebut di pasang pada jam tayang usai shubuh. ''Padahal, menurut saya, secara kualitas gambar dan cerita sudah lebih baik. Mudah-mudahan, kelak bisa tayang pada jam-jam fram time TPI,'' harap ustadz ini.
Jika sinetron 'punya' ustadz Yusuf Mansyur ini di samakan dengan garapan Deddy Mizwar soal Lorong Waktu dan Para Pencari Tuhan, Yusuf akui, memang seklias nyaris sama cara mengungkapkan, bertutur soal fakta kehidupan sehari-hari, ''Benang meranya dengan para Pencari Tuhan, mungkin misalnya, Mushola Pak Lukman ini, lebih kepada tausyiahnya yang dikejar,'' kilah Yusuf Mansyur yang masih terus akan memperbaiki segala kekurangan sinetron tersebut, ''Sekarang setiap tayang baru 30 menit, mungkin kedepannya akan tayang setiap pekan dua kali selama 90 menit,'' ujar Yusuf Mansyur lagi. Di Mushola Pak Lukman, uniknya, tak ada permasalahan yang tak bisa dipecahakan. Selalu akan ada jalan keluar untuk mencari solusinya. Program dengan format sinetron mini ini akan menghadirkan tema yang berbeda-beda di setiap episodenya, misalnya Silaturahmi Membawa Rezeki, Manisnya Kejujuran, Gagal Itu Biasa, Legenda Kampung Tenggelam, Baik Sama Saudara, Ingat Sesama, Beli Celengan, dll. Harapan dari TPI, kisah-kisah yang diangkat dalam tayangan ini dapat dijadikan cermin bagi seseorang dalam berakhlak maupun melangkah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Alkisah, Pak Lukman adalah seorang tokoh yang diciptakan oleh Ustadz Yusuf Mansyur berdasarkan koleksi cerita-cerita Islaminya yang unik, lucu dan tentunya mengandung hikmah. Tokoh utama ini digambarkan sebagai orang yang rajin beribadah, bersahaja, ramah dan juga lucu. Itulah yang menjadi kelebihan Pak Lukman, ia menjadi ustadz yang disukai karena ia mampu bercerita layaknya saibulhikayat, sang pendongeng. Cerita-ceritanya sangat menarik untuk didengarkan dan selalu mengandung manfaat atau solusi, sehingga dapat membuat pendengarnya tertawa terpingkal-pingkal atau bahkan menangis tersedu-sedu.
Tiga tokoh utama lainnya ialah 3 anak muda bernama Dion, Uut dan Buyung. Mereka ini sangat pas diperankan oleh Trio Laskar yang merupakan jebolan dari "Audisi Pelawak TPI (API) 4". Uut digambarkan sebagai seorang anak rantau lulusan pesantren yang menjadi merebot mesjid. Sementara Dion, yang hanya bekerja serabutan memiliki impian untuk menjadi artis dan seniman terkenal. Sedangkan tokoh terakhir yakni Buyung, bercita-cita menjadi seorang pebisnis yang sukses. Ketiganya selalu berkumpul di Mushola Pak Lukman, dan dari sinilah bergulir beragam cerita yang terkadang terlihat sepele dan ringan, namun ternyata mengandung hikmah dan pelajaran hidup yang besar.