Wayang memang telah diresmikan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. Namun senyatanya, wayang masih kurang diminati masyarakat, terutama oleh generasi muda. Seniman Sujewo Tejo mencoba mengubah itu dengan mengemas sebuah pertunjukan wayang kontemporer bertajuk Dongeng Cinta Kontemporer II Kasmaran Tak Bertanda.
Pertunjukan yang digelar 13-14 November 2009 di Gedung Kesenian Jakarta ini merupakan kelanjutan dari kesuksesan Dongeng Cinta Kontemporer I sekitar enam bulan lalu. Dalam pertunjukan ini, Sujiwo akan berkolaborasi dengan 40 pemain yang terbagi dalam kelompok teater, Paduan Suara Unversitas Parahyangan, pemain musik, dan para penari. Sujiwo akan memadukan seni wayang, tari, musik, dan teater dengan mengambil tema tentang kemurnian cinta.
"Lewat pementasan ini saya ingin berbagi optimisme dan kemurinan cinta dengan masyarakat Indonesia. Saya ingin mengajak penonton merasakan bahwa cinta atau kasmaran bukan saja bisa tak bertanda, bahkan kadang juga bisa mengisyaratkan tanda sebaliknya, yaitu dendam," papar Sujiwo.
Pilihan Sujiwo menggunakan konsep dongeng dalam pementasannya karena menurut Jiwo Indonesia mempunyai tradisi kuat dalam seni tutur. "Dongeng bisa menyentuh berbagai lapisan dan umurnya panjang." Sujiwo menambahkan, dongeng perlu diajarkan dan dibiasakan kepada anak-anak sejak dini karena dengan mendongeng seseorang akan terasah kemampuannya berimprovisasi dan spontanitas dalam bercerita. Astri