Di lokasi syuting, di Studio Persari, Mano terlihat tengah mempelajari skenario. Sejenak kemudian, terdengar jeritan Mano. "Ya, bagus! Keluarkan isi hati yang selama ini tertahan. Berteriak saja sekencang-kencangnya. Ayo, teriak! Enggak apa-apa. Jangan ragu," ujar Bobby, asisten sutradara.
Bobby pula yang dengan telaten mengajari Mano cara melafalkan huruf hidup, mengarahkan aktingnya, dan sebagainya. "Untuk seorang pendatang baru, Mano cukup lumayan. Dia punya bakat terpendam dalam hal seni," katanya.
Setelah berlatih panjang untuk bisa mengeluarkan emosi, air mata berderai di mata Mano. "Yes, aku bisa nangis! Baru kali ini Mano bisa nangis. Thank's ya, Om Bobby. Sekarang Mano mengerti cara mengeluarkan emosi," ucap Mano kegirangan. Biasanya, untuk adegan menangis, wanita yang baru mendapat gelar Kanjeng Mas Ayu dari Kraton Surakarta ini perlu bantuan obat tetes mata.
Usaha Mano juga dipuji Sanjeev Kumar, sutradara Manohara. "Yang saya suka dari Mano, dia mau belajar dan sangat profesional. Dia tak segan memberi waktu lebih dari yang kami minta demi mendapat hasil yang terbaik," ujar Sanjeev. Seperti malam itu, Mano siap syuting hingga pagi karena akan izin libur syuting 3 hari. Bahkan, demi mengejar waktu, Mano tak segan-segan mondar-mandir dari lokasi syuting yang satu ke lokasi lainnya dengan membonceng sepeda motor. Malam itu, tak kurang dari delapan kali ia mondar-mandir.Erni, Dewi