Terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, Wanda Hamidah berharap bisa masuk ke komisi E yang mengurusi masalah pendidikan dan kesehatan. Apa alasannya? Mantan model dan aktris yang sejak 2002 memutuskan sepenuhnya terjun ke ranah politik ini mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam sistem pendidikan dan kesehatan di Jakarta. "Pendidikan misalnya, sekarang katanya pendidikan gratis. Tapi kok masih banyak pungutan-pungutan. Apakah itu sesuai dengan Perda yang ada? DKI itu angka putus sekolahnya mencapai 21.000 sekian orang," tutur kader Partai Amanat Nasional ini kepada tabloidnova.com Demikian halnya dengan bidang kesehatan. Wanda berpendapat, seharusnya masyarakat bisa menikmatai layanan kesehatan tanpa pungutan apapun dan tak ada diskriminasi dalam pelayanan di RS. "Coba deh, kalau ke rumah sakit, yang pertama ditanya down paymentnya dulu. Semestinya negara beradab enggak seperti itu. Orang yang enggak punya, susah dapat pelayanan RS. Ini kan diskriminatif. Puskesmas juga begitu. Tenaga kesehatan di puskesmas kurang, dokter-dokter kebanyakan maunya praktik di RS mahal. Pasien mengantri lama. Belum lagi angka kematian ibu dan anak di Indonesia, Jakarta khususnya termasuk tinggi," urai Wanda. Sebagai langkah awal untuk mempersiapkan program kerjanya bila sudah aktif sebagai anggota dewan, istri Cyril Raoul Hakim dan ibu dua anak ini pun melakukan banyak diskusi dan mempelajari peraturan-peraturan daerah DKI. Lantas, apakah Wanda menilai bekalnya selama ini cukup untuk duduk memperjuangkan aspirasi rakyat? "Saya merasa sudah cukup dengan S1-S2 hukum saya. Saya juga sudah sepuluh tahun di partai," kata perempuan yang berpendapat kursus politik bukanlah jawaban untuk mereka yang ingin belajar politik secara kilat."Politik itu harus diselami dan dijalani. Belajar juga penting. Tapi, real politic baru kita temukan lewat tingkah lalu, perbuatan, dll. Kuncinya jadi kader dari bawah."Astri