"Tokoh-tokohnya sama dengan CF 2. Di CF 3, lebih pada pengembangan saja. Yang berbeda, konfliknya makin banyak dan tidak hanya berpusat pada Farrel-Fitri. Yang lain malah mendapat porsi yang lebih dari sebelum-sebelumnya," ujar Bo'eng, Co Director CF 3.
Misalnya, tokoh Maya, mendapat porsi besar. Beberapa konflik bermuara di tokoh ini. "Juga tokoh Aldo yang akhirnya mengalami depresi berat karena anaknya, Finza, meninggal," lanjut Bo'eng yang menyebut hal ini sebagai sebuah penyegaran. "Supaya enggak mudah ditebak penonton dan biar beda dengan sinetron-sinetron lainnya." Selain itu, "CF 3 dibikin tinggi terus (konfliknya, Red.). Penonton jadi tegang terus. Sampai-sampai banyak yang mengira, CF 3 hanya sebentar lagi alias mau tamat, karena ceritanya dibikin tegang terus. Padahal, enggak."
Hal ini diakui Bo'eng sebagai salah satu trik CF 3 untuk memenangkan persaingan yang ketat antarprogram tayangan saat ini. "Dan terbukti trik ini berhasil. Sampai hari ini, CF 3 masih menang untuk kategori sinetron. Tapi kalau diadu dengan program lain, kami memang masih kalah dengan reality show Termehek-Mehek."
Salah satu konflik "cantik" yang terus dipelihara tetap tinggi, tentu saja konflik antara 2 bintang utama wanita CF, si jahat Mischa (Dinda Kanya Dewi) dan si lugu Fitri (Shireen Sungkar). "Konflik yang ini sengaja digantung terus, supaya penonton penasaran," jelas Bo'eng yang memuji gaya penulisan skenario Hilman Hariwijaya.
Konflik dan dialog-dialog CF, lanjutnya, sangat natural. Walaupun konflik antara Mischa dan Fitri sudah berlangsung cukup lama, "Tapi orang enggak muak. Malah tambah penasaran, terus bertanya-tanya, kapan kandungan palsu si Mischa akan ketahuan? Orang juga penasaran, apa Mischa masih bisa berubah baik suatu hari nanti," ujar Bo'eng yang optimis CF 3 akan mampu menjadi tontonan nomor 1 seperti sebelumnya. "Tunggu saja. Ada banyak kejutan di CF 3."Anastasia Sibarani
Foto : Dok. MD