Pengalaman Mengantar Anak Jadi Idola (1)

By nova.id, Rabu, 3 Desember 2008 | 03:19 WIB
Pengalaman Mengantar Anak Jadi Idola 1 (nova.id)

Pengalaman Mengantar Anak Jadi Idola 1 (nova.id)

""

Benarkah untuk jadi juara pencarian bakat harus "ngebom" SMS? Berikut pengalaman orangtua yang mengantarkan anaknya jadi juara.

Mita sempat bingung ketika suara sang buah hati, Gabriel Stevent Damanik, mendadak fals saat tampil di pentas pertama acara Idola Cilik. Ia tak mau jauh-jauh datang dari Batam, anaknya dapat rapor merah (baca: gagal) di hari pertama. Mita pun langsung menyelidik. Ternyata, Gabriel masih grogi ketika nyanyi di depan kamera, sorot lampu, penonton, dan juri.

Ia pun punya akal. Gabriel dinasihati agar tak peduli pada kamera, lampu, penonton, dan juri."Kalau nyanyi biasa saja, enggak perlu memikirkan kamera. Nanti kamera yang akan mengikuti kamu."

Ternyata sarannya manjur. "Apalagi, jurinya juga mulai ngajak bercanda, jadi Grabriel makin pede ." Bahkan ketika bertarung di final, Gabriel dinobatkan jadi juara tiga.

Agar makin pede di pentas, Mita selalu berpesan agar sang anak menghapalkan lirik. "Supaya bisa saya koreksi, lirik lagu saya cetak dulu. Makin cepat hapal, makin bagus," kata Mita yang selalu mengajak anaknya berlatih vokal setiap kali ada waktu luang.

Belajar penghayatan juga selalu ditekankan Mita. Caranya sederhana saja. "Kalau lagunya sedih, saya minta Gabriel membayangkan ia marah ke saya. Misalnya, ketika minta sesuatu dan tak saya turuti." Lain lagi jika lagunya gembira. "Saya minta ia membayangkan sedang main dengan adiknya."

BORO-BORO SMS Begitu pula saat dikomentari juri, Mita selalu minta Gabriel mendengarkan dulu apa komentarnya. "Saya juga tak pernah memarahi sehabis dia dikritik juri. Justru saya puji, jadi semangatnya bangkit lagi." Setelah itu, lanjut Mita, ia akan mencari penyebab kenapa Gabriel dikritik juri.

Kemenangan Gabriel, lanjut Mita, bukan karena keluarganya jor-joran mengirim SMS. "Modal kami hanya Gabriel tampil sebaik-baiknya." Ia lalu bertutur, suaminya hanya seorang calo paspor di Batam dan ia ibu rumah tangga biasa. "Makan saja, masih Senin-Kamis, boro-boro untuk SMS," kata Mita.

Bahwa akhirnya dapat dukungan SMS dari pejabat di Batam, karena ia selalu bersikap baik kepada setiap orang.

"Kalau sopan dan tidak sombong, banyak, kok, yang bantu," kata Mita. Tak hanya dukungan SMS, ketika Gabriel masuk tiga besar, ia mendapat hadiah dari Otorita Batam (Rumah Tipe 21 dan laptop) serta uang dari anggota DPR. Mita bersyukur tidak perlu pusing memikirkan busana pentas karena ada wadrobe yang menyediakan.

"Gabriel cuma enggak cocok celananya, karena selalu kebesaran. Saya tidak mau paksa dia pakai celana yang disediakan karena takutnya nyanyinya malah enggak percaya diri. Jadi, serahkan semua ke anak saja," kata Mita yang bersyukur saat ini Gabriel banyak manggung di berbagai acara, juga rekaman lagu rohani.

Meski dikenal orang, Gabriel tak berubah. "Kadang dia enggak sadar sudah jadi selebiritis. Hahaha," kata Mita yang selalu minta anaknya tak sombong karena rezeki bisa diambil Tuhan. "Ke sekolah pun tatap naik ojek. Enggak ada yang berubah, kok." Noverita K Waldan

Foto: Ahmad Fadilah