Lucu dan seru. Itu komentar keluarga saya untuk pesta perkawinan gaya Melayu yang diselenggarakan keluarga Ashraf. Maklumlah, yang namanya pernikahan dari dua bangsa dan budaya, pasti berbeda. Keluarga saya belum punya pengalaman seperti itu. Jadi, kami semua cukup berdebar-debar juga menanti kejutannya.
Yang jelas, kami, dari keluarga Bunga, pasti senang dan terharu. Buat saya, hal yang paling mengejutkan adalah saat di resepsi pernikahan Melayu, kami disambut dengan bunyi tetabuhan yang dibunyikan oleh anak-anak kecil. Ternyata mereka itu para sepupu Asraf. Bunyi bedug, gendang, dan alat musik lainnya dihasilkan dari alat-alat musik yang terbuat dari barang-barang bekas. Ada bekas botol, tempayan air, panci, dan lainnya. Unik sekali.
Oh, ya, ketika mempelai tiba di tempat resepsi, mereka disambut dengan salawat Nabi. Setelah duduk, Bunga dan Ashraf mendapat percikan air mawar yang terbuat dari sari bunga mawar, daun pandan yang dirajang halus, dan bunga Melio. Menurut kepercayaan Melayu, air bunga adalah pertanda mereka telah mendapat restu dari kedua orang tua masing-masing.
Yang memberikan air mawar memang hanya kedua orang tua mempelai. Usai memberi air bunga, saya, suami, dan besan, mendapat setangkai bunga mawar.Yang tak kalah seru adalah saat Bunga dan Ashraf bersuapan nasi pulut. Menurut kepercayaan Melayu, siapa yang menyuapkan nasi lebih dahulu, berarti dialah yang rezekinya paling banyak.
Waktu itu, ada sebagian yang berteriak, "Ashraf lebih dulu!" Tapi ada juga yang teriak, "Bunga." Walhasil, MC-nya jadi bingung menentukan siapa yang lebih dulu. Akhirnya, atas permintaan Ashraf dan para tamu, acara suapan pulut itu diulang. Untuk kali yang kedua itu, memang jelas terlihat, Ash yang lebih dulu. Saya pikir, mungkin mereka sengaja mengatur seperti itu, ha ha.
Acara itu memang menjadi perhatian utama mereka di adat Melayu karena mereka beranggapan, akan begitulah kenyataannya. Ya, kalau di Jawa, semacam lempar sirih dan di adat Sunda, seperti berebut ayam bakakak. Erni Koesworini
Foto : Adrianus Adrianto