Bukan hanya kekanakkan, di mata Kusthini, Dhani juga tak malu-malu menunjukkan sifatnya yang ingin menang sendiri dan cenderung memonopoli Maia."Dia bilang sendiri di depan kami semua dengan suara lantang, 'Ini istriku (Maia, Red). Istri adalah milik suami dan suami adalah milik mamanya.' Bagi saya, ini adalah prinsip yang aneh. Tapi Dhani sudah pasti tidak perduli anggapan orang lain. Dia, kan, selalu merasa pikirannya adalah yang benar."Mendengar dan melihat kekerasan hati Dhani, Kusthini dan sang suami hanya bisa mengurut dada. Begitu pun, Kusthini tak mau Maia membalas perlakuan sang suami yang tak menghormati mertua. "Saya selalu pesan pada Maia agar hormat pada mertuanya. Kalau dimarahi mertua, dengarkan saja," ujar Kusthini yang menilai pernikahan Dhani-Maia tidak sehat sejak semula."Pernikahan mereka berdua ini salah komunikasi. Suami terlalu dominan. Bukan hanya dalam pengambilan keputusan-keputusan besar, tapi dalam segala hal, bahkan yang remeh-remeh. Urusan membeli peralatan rumah tangga, bahkan sendok dan piring pun, harus Dhani yang pegang kendali. Semuanya serba menurut selera Dhani. Kalau Maia berani membeli sendiri, sudah pasti akan ditertawakan dan dihina. 'Apaan, sih? Sendok begini aja dibeli. Bodoh banget,' begitu biasanya komentar Dhani."Sudah tentu keadaan ini sedikit banyak membuat Maia frustrasi. "Tambah susah lagi setelah mertuanya (ibunda Dhani) tinggal disitu," ungkap Kusthini yang sesungguhnya tak keberatan Dhani bersikap dominan, asal tetap bisa menghargai Maia sebagai istri. "Tapi ini enggak. Dhani sama sekali tidak menghargai Maia. Sepuluh tahun menjalani rumah tangga, Maia itu tekanan bathin. Padahal, seyogyanya suami-istri, kan, saling mendidik," ujar Kusthini yang melihat Maia selama ini sangat sabar menghadapi Dhani."Setiap Maia melakukan apa pun, musti dikata-katai. Jangankan dipuji, yang ada malah dihina. Pokoknya, di mata Dhani, Maia itu yang paling jelek segalanya. Paling bodoh, paling enggak tahu aturan," ujar Kusthini sambil bercerita, "Maia itu dikatai anjing, pernah. Dikatai anak durhaka, enggak punya tangan, enggak punya kaki. Dan semua itu dilakukan Dhani di depan saya, juga di depan ibu Dhani sendiri. Tapi saya enggak bisa apa-apa. Cuma bisa ngucap Shubahana Allah. Juga saat saya dan suami dikatai anjing juga oleh Dhani."Berharap MukjizatSesungguhnya Maia tahu, hinaan Dhani ini juga menyakiti hati keluarga besarnya. Namun keinginan untuk menjaga keutuhan rumah tangganya lebih besar. "Jadi, demi Maia, saya dan suami pun ikut menahan diri. Termasuk saat Maia berpesan, 'Bu, jangan ambil apa-apa ya, barang di sini. Nanti Ibu dikira matre.' Duh, hati ini rasanya miris sekali. Padahal, selama bermenantukan Dhani, kami tak pernah menerima sepeser pun."Meski sakit, Khustini selalu bisa menahan diri dan bersabar. "Saya sadar ini ujian." Satu-satunya yang bisa dilakukan Kusthini hanyalah berdoa. "Dari awal Maia menikah hingga sekarang akan bercerai, saya tidak putus-putusnya berdoa. Hanya ini yang bisa saya berikan untuk membantu anak saya," ujar Kusthini yang dalam setiap doanya selalu meminta mukjizat. "Berilah mukjizat Mu ya, Allah. Karena dalam segala hal, Allah lah pemilik yang sesungguhnya."Doa meminta mukjizat ini juga yang dipanjatkan Kusthini menjelang putusan sidang gugatan cerai Maia-Dhani. "Hak asuh jatuh ke tangan siapa, kan, kita semua belum tahu. Jadi, saya selalu berdoa agar diberi mukjizat yang terbaik untuk Al, El, Dul, dan juga yang terbaik untuk Maia serta Dhani," cerita Khustini yang setahun belakangan ini tak pernah absen shalat tahajud demi sang putri."Apa pun nanti keputusan pengadilan, insyaAllah saya sudah siap. Mudah-mudahan hak asuh anak-anak bertiga jatuh ke tangan Maia. Ini tentu yang paling saya dan keluarga harapkan. Tapi, kalaupun yang terjadi adalah kemungkinan yang terburuk, yaitu hak asuh jatuh ke tangan Dhani, saya pribadi akan ikhlas," ujar Khustini yang akan berupaya agar Maia bisa sesiap dirinya."Saya sudah bilang sama Maia. 'Jangan takut. Meski kamu dipisahkan dari anak-anak, kamu tetap ibu mereka. Selamanya seorang anak akan mencari ibunya. Sampai ke mana pun. Sejatinya memang demikian karena ibulah yang mengandung sang anak selama 9 bulan, yang melahirkan, dan menyusui. Jadi, selamanya anak satu dengan ibunya."Dan jika akhirnya nanti ketiga cucunya jatuh ke pelukan Maia, Khustini berjanji akan menetap di Jakarta. "Ini adalah bentuk rasa cinta saya dan suami kepada Maia dan Al, El, Dul. Kalau nanti hak asuh anak-anak itu memang jatuh ke Maia, maka saya akan tinggal di sini untuk seterusnya. Saya akan sepenuhnya ada dan mendampingi cucu-cucu saya karena Maiak kan, punya karier. Jadi, di saat Maia berhalangan menemani anak-anaknya, saya yang akan menggantikannya
Anastasia, Kurniasih