Berbagai kesibukan setiap hari yang menyita waktu dan tenaganya, praktis membuat Christi saban hari berada di depan kamera. “Saya tiap hari syuting, artinya setiap saat saya belajar agar semakin baik. Bukan apa-apa, saingan di industri hiburan, kan, semakin banyak. Kalau ingin mempertahankan eksistensi banyaklah belajar,” katanya.
Kalimat bijak itu memacu Christi untuk menerima setiap kritik membangun yang dijadikannya sebagai motivasi untuk lebih baik lagi. Saat menjadi presenter mendampingi Uya Kuya misalnya, “Saya harus banyak ngocol, enggak jaim (jaga imej). Saya menonjolkan keremajaan saya sesuai target penonton yang umumnya remaja. Ini bertolak belakang saat kontes kecantikan yang saya ikuti, dengan imej cantik, anggun, elegan, dan sebagainya. Nah, pelan-pelan saya belajar.”
Hal itu juga jelas berbeda ketika Christi memandu program seperti NOVA Channel di K-Vision, ia harus beradaptasi karena usia penontonnya tak lagi remaja. Christi dituntut harus kelihatan lebih dewasa dari usianya, baik dari bahasa tubuh maupun ekspresi wajah. Cara bicara pun harus lebih berwibawa. “Itu semua saya peroleh secara learning by doing, belajar dari pengalaman dan mengikuti saran para senior di lokasi syuting maupun di studio,” ujar Christi yang merasa terbantu karena pernah diajari public speaking.
Di luar pekerjaan, Christi mengakui kesibukannya berbuah protes dari teman-teman dekatnya. Namun, semua itu ia terima dengan lapang dada. “Boleh dibilang sejak awal tahun ini saya belum pernah cuti, tapi yang namanya syuting paling sekitar 5 jam dalam sehari. Jadi masih ada, kok, waktu untuk bersosialisasi, buat jalan-jalan bareng teman atau keluarga. Saya suka nonton,hang out, bareng teman, dan sebagainya,” ujar Christi yang menyebut kata sukses masih jauh darinya.
“Saya belum apa-apalah. Masih banyak yang lebih hebat. Lagi pula setiap orang bisa, kok, terjun ke bidang ini asal mau belajar dan memanfaatkan setiap kesempatan. Karena kesempatan tidak pernah datang dua kali,” tandas Christi yang saat ini tengah menuntaskan kuliahnya di bidang hukum.
Meski sibuk berkarier, rupanya ia tetap menempatkan pendidikan formal di posisi teratas. “Karier di entertaiment memang enggak ada ujungnya. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau mau sekolah di bidang yang lain. Siapa tahu, suatu saat nanti kalau sudah berkeluarga dan suami tidak mengizinkan lagi berkarier seperti ini, jadi saya masih bisa mencari pekerjaan lain,” kilahnya.
Tumpak Sidabutar / Tabloidnova.com