Ustaz Zacky Mirza, Mejeng Pakai Mobil Dagangan (1)

By Dok Grid, Minggu, 16 Agustus 2015 | 00:00 WIB
Ustaz Zacky Mirza (Nova)

Fokus Cari Uang

Suasana kuliah memang berbeda dengan suasana pesantren. Tapi, hikmah berada di pesantren selama enam tahun membuat saya enggak melakukan hal yang neko-neko. Saya enggak pernah nyobain bir, ganja, jadi ketika banyak teman-teman yang melakukan itu, saya tidak tergoda sedikit pun. Banyak teman-teman yang jadi pengguna narkoba dan meninggal karena over dosis. Alhamdulillah, saya enggak pernah tertarik merasakan hal-hal negatif tersebut. Tapi saya jadi tahu persis apa yang teman-teman alami.

Paling banter yang saya lakukan saat itu di kampus cuma gaya-gayaan doang. Kan, di pondok enggak banyak cewek, jadi pas di kampus jadi mejeng bombay. Dulu, orangtua punya showroom mobil, jadi saya gonta ganti mobil ke kampus, padahal itu mobil dagangan. Ha ha ha.

Selesai berdemo dan masuk semester empat, saya sudah mulai punya orientasi mencari uang. Lewat informasi yang saya dapat di kampus, saya pun magang menjadi guide dan penerjemah. Saat itu tengah berlangsung Konferensi Timur Tengah. Nah, berbekal penguasaan bahasa Arab-Inggris, saya pun diterima menjadi penerjemah. Saya bertugas sebagai LO (Liaison Officer) salah satu peserta dari Saudi Arabia. Saya menginap selama empat malam di hotel Borobudur. Wah, bisa menginap di hotel mengenakan pakaian rapi dan jas menjadi kebanggan tersendiri bagi saya dan keluarga.

Tak hanya sebagai penerjemah, demi kepuasan tamu, saya juga mengajaknya keliling kota dan mengunjungi Masjid Istiqlal. Saya juga menemaninya berbelanja ke Sarinah dengan modal mobil pribadi. Alhamdulillah, dia puas dengan pelayanan selama menjadi penerjemah, bahkan menawarkan bantuan apabila saya berminat belajar ke Timur Tengah.

Tawaran itu membuat saya kembali berpikir, saya punya kemampuan bahasa yang baik dan bisa menggunakannya untuk bersekolah ke Mesir. Saya pun menyatakan keinginan ini kepada orangtua. Alhamdulillah, orangtua mendukung. Dan ini justru jadi kebanggaan orang Betawi bisa belajar sampai ke Kairo.

Saya persiapkan semuanya. Papa hanya memberikan modal tiket. Sayangnya, ada saja musibah. Saat mengambil uang dari BNI Cipinang Induk dan hendak menukarkanya dengan uang dolar di salah satu money changer di Jatinegara, uang saya dibilang palsu. Wah, saya rugi jutaan. Entah di mana salahnya, saya lemas dan sudah pasrah. Papa pun akhirnya turun tangan membantu saya mengurus masalah ini. (BERSAMBUNG)

Swita Amallia

Nomor depan: Tahun 1999, Zacky melanjutkan studi ke Kairo. Namun, sepulang ke Tanah Air, ia malah bekerja sebagai marketing asuransi dan berdagang. Zacky juga masih harus bergelut dengan dirinya sendiri saat sudah mapan bekerja di sebuah maskapai penerbangan. Sang bunda kemudian membujuknya mengikuti kompetisi dai di salah satu stasiun teve. Hasilnya, ia jatuh cinta dengan dunia syiar.