Bocah Yatim ini Jadi Korban Penganiayaan Bibinya

By Sukrisna [cak KRIS], Jumat, 31 Juli 2015 | 03:59 WIB
Kasus Afifah memperpanjang daftar anak korban penganiayan dalam keluarga. (Sukrisna [cak KRIS])

Tabloidnova.com - Alifah (6), korban penganiayaan bibinya, Siti Masturah Ulfa (40), warga Perumahan Sumput Asri, Dusun Sumput, Kecamatan Driyorejo, Gresik, terkenal sebagai anak yang ramah kepada tetangga.Di Taman Kanak-kanak (TK) juga sebagai murid yang cerdas dan sopan santun.

"Alifah itu anaknya pinter, grapyak. Saat berangkat ke masjid, ada tetangga di depan rumah ya disapa. Bu Tarjo, Budhe," kata tetangga Ulfa yang enggan disebutkan namanya, Kamis (30/7/2015).

Tetangga ini menambahkan bahwa Alifah baru beberapa bulan tinggal bersama bibinya atau adik dari ayah kandung Alifah di Banjarmasin, Kalimantan.

"Belum ada setahun di sini. Kabarnya setelah ibunya meninggal dunia, baru ikut Bu Ulfa," imbuh tetangga saat ngobrol di depan rumah bersama tetangga lain.

Keluarga Ulfa tergolong kaya. Rumahnya dua lantai, berukuran kira-kira 7x13 di Perumahan Sumput Asri. Ulfa tinggal bersama ibunya, pembantunya 2 orang, anaknya 2, adik Ulfa seorang laki-laki berusia 28 tahun dan Alifah.

"Setelah ibunya meninggal dunia, Alifah dititipkan ke Bu Ulfa," imbuhnya.

Sementara itu, Masrifah, Kepala Taman Kanak-kanak (TK) Al Kautsar di Perumahan Sumput Asri menjelaskan bahwa saat awal masuk sekolah, Senin (27/7/2015)para wali murid sudah curiga dan kasihan melihat wajah Alifah yang penuh lebam.

Hal itu terlihat dari sekitar bola mata yang hitam. "Karena hari Senin ada acara Halal Bihalal di UPT Dinas Pendidikan Driyorejo, saya kurang memperhatikan. Baru hari Selasa, saya tanya ke Alifah penyebab wajahnya lebam. Jawabnya, luka ini akibat dipukul oleh abah di Kalimantan," kata Marifah menirukan jawaban Alifah.

Namun, Masrifah dan wali murid tetap tidak percaya. Pihak sekolah juga tidak berani menanyakan langsung ke Ulfa, khawatir Alifah semakin dianiaya saat di rumah. Pihak sekolah mencoba menayakan ke Ulfa melalui pesan singkat telepon seluler, tapi jawabnya Alifah lebam akibat jatuh.

Akhirnya Alifah dibawa ke Polsek Driyorejo dan langsung dibawa ke Polres Gresik. Di kantor polisi itu Alifah menceritakan kepada Polwan bahwa lebamnya akibat dianiaya bibinya.

Saat baju dan seragam celana Alifah dibuka, ternyata penuh dengan bekas penganiayaan dan di paha juga ada belas cakaran tangan.

"Ini bekas cubitan Bunda. Perut sakit akibat ditendang sama kaki. Wajah lebam karena dipukul pakai tangan Bunda," kata Marsifah saat mendengar cerita Alifah di ruang Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Gresik.

Alifah juga menceritakan bahwa ada paksaan dari Ulfa, yaitu jika ditanya oleh guru di sekolah diminta menjawab dianiaya oleh abahnya di Kalimantan saat mudik Lebaran.

"Alifah juga mengaku hanya diberi makan sekali dalam sehari. Jika pagi sudah makan ya besok paginya makan lagi. Ini seperti kasus Angeline di Bali. Tapi kasus Alifah ini karena kasus kutek pewarna kuku," imbuhnya.

Alifah sekolah di TK belum ada setahun, baru Januari 2015 masuk kelas A, kemudian naik kelas B baru awal masuk Senin (27/7/2015) kemarin. Di sekolah terkenal baik. "Baiknya itu, sopan, terbuka, supel," katanya.

Kasus Afifah ini makin memperpanjang daftar anak-anak korban kekerasan oleh orang terdekatnya sendiri.