Pekan ASI Dunia, Tunjukkan Tanda Cinta dari Ibunda

By nova.id, Selasa, 4 Agustus 2015 | 05:00 WIB
ASI (Foto: Getty Images) (nova.id)

Proses menyusui ibarat seni tersendiri. Bagi ibu baru, proses menyusui tak selamanya mudah dan tanpa susah. Memang, banyak tantangan yang ditemui ibu menyusui. Salah satunya, bagi ibu menyusui yang harus bekerja usai 3 bulan cuti. Tapi, jangan menyerah dulu. 

Memperingati Pekan ASI se-Dunia yang jatuh setiap tanggal 1 - 7 Agustus, ada baiknya kita dalami lagi manfaat ASI untuk kesehatan bayi dan ibu menyusui.

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik untuk bayi. Menurut dr. Hikmah Kurniasari, MKM, Anggota Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) dan Klinik Laktasi RS Sari Asih, Ciputat, sejak usia kehamilan 16-22 minggu dimulai proses pembentukan ASI yang disebut laktogenesis.

“Nah, ASI yang pertama diproduksi disebut kolostrum, yaitu cairan kental berwarna kekuningan atau jernih yang diproduksi oleh payudara pada hari-hari pertama persalinan. Biasanya sejak lahir sampai hari ke-3, ada yang sampai hari ke-5.”

Baca: 5 Mitos Menyusui yang Tak Perlu Dipercaya

Jumlah kolostrum yang dikeluarkan biasanya hanya sedikit. Kenapa? “Karena sesuai dengan kebutuhan si jabang bayi, di mana pada awal masa kehidupan, ukuran lambungnya masih sebesar kelereng,” urai Hikmah.

ASI mempunyai manfaat baik bagi bayi maupun bagi ibu. Dalam journal The American Academy of Pediatrics 2012 disebutkan, menyusui bayi secara eksklusif menurunkan 63% risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), 77% risiko radang telinga (otitis media), 42% risiko alergi (dermatitis atopik), 64% risiko infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis), 24% risiko kegemukan (obesitas), 30% risiko terkena penyakit gula (diabetes) dan 20% risiko terkena kanker (leukimia).

Bagi ibu, menyusui dapat mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan dan anemia (Klaus and Kennel 2001), mengurangi risiko kanker payudara (Martin et all 2005), mengurangi risiko kanker indung telur dan kanker rahim (Chiaffarino 2005, Okamura 2006), mengurangi risiko osteoporosis (Karlsson MK 2005) serta risiko berat badan berlebih/overweight (Kag G Beniciio MHDA et all 2004).

Baca: Satu Jam untuk Inisiasi Menyusui Dini 

Ibu menyusui juga sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, terutama suami. Suami diharapkan juga memiliki pengetahuan mengenai menyusui. Sebuah penelitian pada 115 ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI pada Journal Clinical Pediatrics 1994 menyebutkan bahwa keberhasilan menyusui terdapat pada 98,1% kelompok yang suaminya mengetahui tentang ASI.

“Jadi tidak cukup hanya ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI untuk suatu keberhasilan menyusui, dibutuhkan juga dukungan suami yang mengetahui tentang ASI,” tandas Hikmah.

Hilman Hilmansyah