Manajemen ASI, 21 Tips Sukses Menyusui Setelah Kembali Bekerja

By , Selasa, 4 Agustus 2015 | 08:10 WIB
Simak 21 tips menyusui saat Anda kembali bekerja. (Nova)

Sesuai saran yang digaungkan World Health Organization, pemberian ASI eksklusif pada bayi sebaiknya dilakukan tanpa putus khususnya selama enam bulan pertama. “Pasalnya, bayi yang baru lahir khususnya hingga berusia enam bulan sangat memerlukan kolustrum dan protein yang lebih tinggi, itu bisa didapat dari ASI,” pungkas dr. Ayijati Khairina, Sp.A., konselor laktasi di AMS Klinik.

Namun, pemberian ASI pun memerlukan manajemen yang rapi dan disiplin, khususnya pada ibu bekerja. Idealnya, ibu bekerja sudah mempersiapkan stok ASI sejak dua minggu sebelum waktu cutinya habis. “Agar ketika nanti ia sudah bekerja, kebutuhan ASI bayi tetap terpenuhi. Nah, untuk memenuhi kebutuhan ASI selama ibu bekerja ini diperlukan manajemen yang baik, mulai dari proses memerah hingga menyiapkan agar ASI yang sudah distok siap dikonsumsi bayi,” tambahnya.

Baca: Seberapa Sering Ibu Harus Menyusui?

Apa saja yang harus diperhatikan dalam manajemen ASI perah? Simak uraian dokter yang akrab disapa Ayi tentang 21 poin sukses menyusui saat kembali bekerja. 

Pemerahan ASI

1. Pada masa awal-awal menyusui, payudara perlu dipijat untuk merangsang produksi ASI. Cari pula benjolan-benjolan kecil di payudara yang menandakan adanya penyumbatan kelenjar. Namun jangan khawatir karena penyumbatan tersebut dapat diatasi dengan memijat atau menekan pelan benjolan hingga hilang. Saat dipijat, otomatis ASI pun bisa keluar karena sumbatan telah hilang.

2. Kunci siapnya payudara untuk kelancaran pemerahan dimulai dari perawatan payudara. Setiap payudara terasa kering, oleskan minyak zaitun atau baby oil dan pijat pelan. Bisa juga dengan mengeluarkan sedikit ASI dan usapkan ke permukaan payudara. Cara lain, bisa juga dengan mengompres payudara dengan air panas dan air dingin.

3. Saat ini, proses pemerahan dapat dipilih sesuai kenyamanan orangtua. Bisa diperah langsung menggunakan tangan, bisa menggunakan pompa manual, juga ada pompa elektrik. Meski tak memengaruhi produksi ASI, masing-masing memiliki tingkat kepraktisan yang berbeda.

Saat memilih manual, ibu tak harus mengeluarkan biaya namun cenderung lebih melelahkan dan perlu mempelajari teknik-teknik memerah dengan tangan. Sementara itu, pompa elektrik memang terbilang mahal namun juga menjadi yang paling praktis karena ASI dapat diperah sambil ibu mengerjakan kegiatan lain.

4. Saat memerah ASI, diperlukan hormon oksitosin. Salah satu cara yang banyak dilakukan ibu menyusui adalah dengan melakukan pemerahan sambil memegang foto bayi atau membayangkan bayinya.

5. Setelah pemerahan ASI melewati waktu lima belas menit, umumnya produksi ASI berkurang. Untuk stimulasinya dapat dengan menekan-nekan puting agar hormon oksitosin bertambah. Otomatis, produksi ASI pun bisa bertambah lagi.

6. Pemerahan ASI idealnya dilakukan setiap 2 – 3 jam sekali. Pasalnya, ASI akan diproduksi terus sementara produksinya bisa menurun jika tak diperah. Tak masalah jika sekali memerah hanya menghasilkan jumlah ASI yang sedikit, asal dilakukan secara sering.

Baca: Pekan ASI Dunia, Tunjukkan Rasa Cinta dari Ibunda