Sejumlah pakar kesehatan serta peneliti sering menghindari istilah gegar otak ringan pada anak. Pasalnya, menurut mereka tidak ada istilah ringan jika menyangkut cedera atau masalah di bagian otak dan kepala. Selain akan berpengaruh pada area semisal saraf dan organ vital tubuh lainnya, gangguan akibat gegar otak pada anak juga dapat berdampak pada psikologis seseorang di masa depan.
Tak setuju disebut ringan, para ahli kesehatan sangat menyayangkan sikap orangtua yang sering menyepelekan benturan, benjolan atau kasus cedera ringan yang terjadi di bagian kepala anak. Dianggapnya hanya sekedar kecelakaan kecil yang biasa dialami anak saat bermain atau akibat sikap ceroboh, padahal sebenarnya tidak.
Baca: Orangtua, Inilah Ciri-ciri Gegar Otak pada Anak, Wajib Tahu!
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jatuh akibat tersandung atau terpeleset sehingga membuat kepala membentur dan terantuk ialah penyebab utama non fatal cedera otak pada anak-anak dari segala usia, termasuk cedera di kepala anak-anak yang berusia di bawah 9 tahun.
“Kenyataannya, gegar otak secara teknis sebuah cedera otak traumatis meskipun tidak selalu berarti akan ada kerusakan permanen. Tapi, jangan sampai beranggapan bila gegar otak ditandai dengan suara jatuh atau suara keras ke kepala saja, melainkan bisa juga terlihat tidak apa-apa namun membahayakan,” kata Carol Dematteo, associate profesor klinis dan terapis di School of Rehabilitation Science at McMaster University, di Hamilton, Ontario.
Baca: Waspadai Radang Selaput Otak pada Anak
Ungkapan ‘tidak ada gegar otak ringan pada anak’ juga diutarakan oleh Gregory J. O’Shanick, MD, direktur medical national di Brain Injury Association. Diakuinya, sekali seorang anak menderita cedera walapun terbukti tidak berbahaya, namun Anda wajib melindungi mereka dari kecenderungan kecelakaan atau cedera otak yang lebih lanjut.
Baca: Kesehatan Saluran Cerna Pengaruhi Perkembangan Otak
Laporan sebuah studi menunjukkan jika mungkin benturan ringan tidak akan menimbulkan cedera traumatis otak pada anak. Alasannya, benturan ringan pertama pada otak kemungkinan hanya mengakibatkan gangguan sementara dalam belajar atau fase perkembangan, tapi tidak dengan cedera otak yang kedua.
Baca: Radang Otak Bisa Berakibat Fatal
“Gegar otak terjadi akibat trauma seperti jatuh atau pukulan di kepala dengan benda keras seperti bola, tongkat atau helm. Mengerikannya, ketika terpukul, terantuk atau terbentur maka otak akan mengguncang tengkorak sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran atau gejala seperti pusing, sakit kepala, kebingungan, mual dan muntah serta penglihatan kabur,” jelas Gregory.
Sumber: Parents / WebMD