Saya juga membangun Children Resque Home yaitu asrama untuk anak-anak korban tindak kekerasan, anak-anak kurang mampu yang berprestasi, anak yatim piatu dan anak pedalaman yang tak memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan. Juga program kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan operasi katarak gratis, serta klinik mobil .
Bagaimana perkembangannya saat ini?
Semua berkembang dan berjalan baik. Saya berusaha menjawab semua permasalahan dan kebutuhan daerah-daerah pelosok tersebut. Misalnya dengan memberikan modal usaha tanpa bunga, life training center atau program pelatihan singkat untuk mengajarkan berbagai keahlian. Ada juga pembangunan rumah sehat, pembangunan fasilitas MCK umum dan pengadaan air bersih, pelatihan tanggap bencana hinggasponsorship guru pedalaman.
Project terbanyak berada di NTT karena daerah ini memang miskin dan butuh bantuan.
Apa saja cerita menarik selama Anda turun langsung berkeliling Indonesia?
Banyak. Untuk mendekati para penduduk di pedalaman, saya biasanya langsung mendatangi kepala desa, kepala suku atau pemuka agama. Saat memperkenalkan yayasan, saya selalu menegaskan kepada mereka bahwa Yayasan Tangan Pengharapan datang atas nama kemanusiaan dan cinta kasih, tanpa kepentingan apa pun. Tidak atas nama gereja, agama atapun politik. Kebetulan saya juga mudah beradaptasi dan cepat menguasai kondisi daerah, termasuk logat setempat. Saya bersyukur karena sepertinya sudah didesain Tuhan hidup seperti ini. Semua saya pelajari otodidak sambil berjalan.
Bagaimana dukungan keluarga?
Anak kembar saya dan yang bungsu, Excell Young Kristianus (7), memiliki pengertian yang luar biasa. Mereka bangga dengan aktivitas yang saya jalani.
Memang, saya tidak melakukan kegiatan seperti perempuan pada umumnya, seperti berbelanja, ke salon, atau arisan. Saya hanya menggunakan waktu untuk keluarga dan yayasan. Saya memang tipe orang yang yang family oriented. Kegiatan ke daerah dalam sebulan maksimal dua kali, minimal lima hari. Selebihnya saya bersama anak-anak. Setiap hari, kami sarapan rutin jam 07.00 pagi. Anak-anak juga homeschooling. Sejak kecil mereka juga sudah melihat dan terlibat dengan semua kegiatan yayasan.
Apa lagi rencana yang masih ingin Anda wujudkan?
Saya akan terus mencari daerah-daerah yang belum terjangkau dan terus membangun sekolah. Inginnya sih bisa menginjakkan kaki ke seluruh pulau di Indonesia. Saya juga masih punya mimpi membuat penjara anak jalanan. Kedengarannya kejam ya? Tapi sebenarnya membiarkan mereka di jalanan itu jauh lebih kejam. Hidup mereka di jalanan itu keras sekali, mereka dikuasai preman, tidak bisa lari, orangtua juga memaksa menyuruh mereka berada di jalanan karena lebih menghasilkan. Nah, untuk melepaskan mereka dari orangtua dan preman, penjara justru menyelamatkan diri mereka. Penjara ini nantinya seperti asrama yang memberikan mereka berbagai pelatihan dan keterampilan sekaligus sekolah. Karakter mereka juga dididik. Kenapa namanya penjara? Itu hanya sebutan agar orangtua tidak bisa menjemput dan preman pun tak berani datang. Jadi, sebetulnya ini adalah tempat yang aman untuk mereka. Kalau bukan penjara, mereka pasti akan datang menjemput anaknya.
Swita Amallia