Sekilas melihat jaket pengemudi Blu-Jek yang dominan warna biru itu, pengguna akan teringat pada perusahaan taksi Blue Bird. Bahkan, karena kemiripan ejaan nama itu sempat beredar desas desus yang menyebut Blu-jek sebagai bagian dari perusahaan taksi itu. Namun, ternyata Blu-Jek tidak terkait sama sekali dengan perusahaan taksi itu. Blu-Jek adalah sebuah perusahaan sendiri yang didirikan oleh Michael Manuhutu dan Garrett Kartono. "Tidak, kami tidak ada afiliasi dengan Blue Bird. Kita memang dari awal pilih warna biru, dan Blu itu maksudnya dari kata blusukan," tegas Garret saat ditemui KompasTekno pada acara peluncuran di bilangan Jakarta Selatan, Kamis (17/9/2015). "Sekarang ini kami masih self funding, berdua saja. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk menerima investasi. Kita masih lokal, tapi punya rencana ekspansi untuk internasional juga, mungkin di Asean dulu, seperti Bangkok atau Filipina," imbuhnya.
Baca juga: Bisnis Gagal, Perempuan Ini Pilih Jadi Supir Ojek Grab Bike Blu-Jek bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk sistem pembayaran, Telkomsel untuk nomor telepon yang dipakai Rider --sebutan untuk pengemudi Blu-Jek-- dan ZTE untuk ponsel yang digunakan. Blu-Jek mulai beroperasi sepenuhnya pada Jumat (18/9/2015). Sama seperti aplikasi ride sharing lain, pengguna bisa menggunakan aplikasi dari smartphone berbasis Android atau iOS.
Selanjutnya cukup memilih lokasi penjemputan dan lokasi yang dituju. Aplikasi akan menghitung jarak dan harga yang mesti dibayarkan pengguna, dengan pilihan tunai atau Mandiri e-cash. Selain layanan transportasi, Blu-Jek juga menawarkan jasa pengantaran dokumen, bantuan belanjan dengan nilai maksimal pembelian Rp 1 juta, dan jasa pengantaran makanan. Perusahaan ride sharing itu menyiapkan sekitat 1.000 orang pengemudi, dan kemungkinan menambah sekitar 5.000 orang lagi yang sedang dalam pemrosesan lamaran. Garrett mengklaim. Sebanyak 98 persen Rider Blu-Jek berasal dari tukang ojek tradisional yang mereka ajak bergabung dari pangkalan ke pangkalan.
Yoga Hastyadi / Kompas.com