Tarian dan karnaval budaya digelar di hari terakhir FLP hingga pukul 5 sore. Acara sempat berhenti sejenak untuk memberi kesempatan pengunjung menikmati sajian alam berupa sunset yang indah khas Tanjung Tinggi. Acara puncak pun dilanjutkan pada malam hari sekitar pukul 7 malam.
Bulan yang indah dan angin sepoi-sepoi tepi laut seakan turut merestui berjalannya acara puncak kala itu. Puisi-puisi dan sajian lagu-lagu reggae acara secara silih berganti menghibur para pengunjung. Suasana semakin meriah dengan diterbangkannya sejumlah lampion dan dinyalakannya obor-obor di tepi pantai.
Penonton semakin semarak tatkala empat wanita yang tergabung dalam quartet string biola Electra membawakan beberapa instrumental yang apik seperti Kashmir dari Led Zeppellin dan Viva La Vida dari Coldplay. Acara dilanjutkan dengan penampilan musisi asal Jepang, Hiroaki Kato. Pria yang juga menerjemahkan novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Jepang ini membawakan lagu pop Belitung seperti Kepice dan Kupi Manggar. Logat dan aksi panggung dari Hiro yang jenaka sukses menghibur pengunjung. “Lucu ya, senang juga ada orang asing yang mau belajar budaya kita,” ungkap Endang, salah satu pengunjung dari Jakarta.
Selanjutnya giliran Meda Kawu. Penyanyi yang juga menyanyikan Laskar Pelangi Song Book ini berkolaborasi dengan Hiro dan Stella, Laura, Chicha dan Sanjung yang tergabung dalam Electra. Membawakan lagu Hikayat Cinta dan Cinta Gila, Meda kembali membuat suasana semakin memanas.
Penonton dibawa sedikit melow dengan lagu Hai Ayah karya Meda. Di pertengahan lagu, Hiro membacakan penggalan buku Ayah yang ditulis oleh Andrea Hirata. Pemuda Jepang ini tampak begitu menghayati saat membacakannya dengan intonasi yang pas.
Andrea Hirata akhirnya naik ke panggung dengan kedua muridnya di Museum Kata Andrea Hirata, Paula dan Andi. Ketiganya membawakan instrumen Spain Al Jarreau. “Mereka ini anak kampong yang memang mau belajar. Semangatnya itu. Museum selalu berusaha memberikan ruang untuk mereka berkarya,” ucap Andrea.
Di penghujung acara, Meda, Hiro, Electra dan Andrea Hirata kembali berkolaborasi membawakan lagu Laskar Pelangi karya Nidji. Dihiasi ribuan kembang api, acara pun makin meriah. “Kita sebagai panitia lokal sangat bersemangat. Alhamdulilah sukses dan luar biasa dengan puncak acara kita melepaskan 1.600 kembang api dan memakan 20 menit. Masyarakat sangat terpukau dengan ini,” ungkap Kusumah Kosasih selaku Ketua Umum Festival Laskar Pelangi 2015.
Ke depannya, panitia berharap adanya bantuan dari Dinas Pariwisata, sehingga FLP mampu menjadi agenda festival tahunan sehingga dapat mendongkrak pariwisata pulau Belitung yang mulai bangkit. Untuk itulah Kusumah menantikan kerjasama dengan musisi Indonesia lainnya atau bahkan musisi internasional. “Kami ingin FLP bisa jadi festival yang lebih besar. Untuk tarian dan sajian budaya, kami ingin mengajak dari daerah lain seperti Yogyakarta, Jawa Timur atau Papua. Kami juga berharap berharap bisa mendatangkan musisi lebih banyak lagi dan semakin memeriahkan acara Festival Laskar Pelangi 2016 mendatang,” tutup Kusumah.
Reinis Kumampung