Cegah Anak Susah Makan, Lakukan Kebiasaan Ini Sejak Bayi

By nova.id, Kamis, 8 Oktober 2015 | 07:37 WIB
Terapkan Jam Makan (nova.id)

nak susah makan memang menjadi permasalahan tersendiri bagi orangtua, terutama para ibu. Tak jarang ibu merasa stres melihat buah hati melakukan GTM atau Gerakan Tutup Mulut. Lalu bagaimana solusi terbaik untuk tetap menjaga asupan gizinya sementara anak susah makan?

Menurut dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, dokter anak & konsultan laktasi RSUK Kembangan & BJ Medical Center, Central Park, ada sebuah studi di Norwegia (2015) yang mengatakan bahwa anak yang mengalami masalah sulit makan, ternyata memiliki ibu dengan riwayat gangguan makan semasa hamilnya.

Namun, ada faktor lainnya yang juga dapat memicu masalah sulit makan pada balita. Misalnya kondisi fisik, problem, perilaku, dan gaya pengasuhan. “Bayi dengan keterlambatan perkembangan motorik, disabilitas intelektual atau kelainan neurologis berisiko mengalami masalah sulit makan,” jelas dokter yang disapa Wi ini.

Lebih lanjut Wi juga menjelaskan kebiasaan makan dalam durasi yang lama, menyimpan makanan dalam mulut (diemut) atau pemaksaan yang dilakukan pengasuh juga dapat menimbulkan masalah makan pada anak.

Baca: 5 Penyebab Serius yang Sebabkan Anak Susah Makan 

Masalah anak susah makan, kata Wi, diyakini ada hubungannya dengan karakter anak ketika menerima varian rasa atau tekstur makanan baru saat mereka memulai MPASI. Karenanya pengenalan MPASI menjadi penentu awal terbentuknya kebiasaan makan.

“Di sinilah peran ibu menjadi sangat amat penting sebagai eksekutor program makan bayi,” lanjut Wi. Melihat hal itu, sebaiknya pengenalan makanan pendamping ASI harus dimulai tepat pada waktunya, yaitu di usia 6 bulan.

“Yang lainnya adalah penjadwalan waktu makan yang konsisten dan keterlibatan bayi untuk ikut aktif dalam proses makan. Misalnya ditentukan saat mulai MPASI, si anak diberikan makan saat pagi atau siang. Frekuensinya pun konsisten. Hal itu akan membentuk kebiasaan makan yang teratur. Dan yang utama adalah membina suasana makan yang menyenangkan,” kata Wi.

Secara umum, penanganan anak susah makan bisa dimulai dengan membentuk kembali kebiasaan makan yang baik, “Misalnya menjauhkan gangguan selama acara makan, seperti televisi dimatikan atau menjauhkan mainannya. Lalu upayakan lingkungan yang netral dan mendukung proses makan, dengan kata lain tidak ada paksaan.”

Setelah itu, batasi durasi makan selama 20-30 menit. Jika durasi itu sudah habis, sebaiknya hentikan acara makan. Hal ini bertujuan agar anak tak menjadi bosan dan merasa terpaksa.

Baca: Jangan Salah Kaprah, Ini Tanda Anak Anda Butuh Suplemen

“Jadwal makan juga sebaiknya diterapkan dengan konsisten. Misalnya 3-4 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan. Penerapan jadwal juga termasuk pemberian susu. Karena jika tak dijadwalkan secara konsisten, susu dapat mengacaukan rasa lapar dan kenyang si anak,” jelasnya.

Selain jadwal makan, sajian makanan dengan porsi dan variasi menu yang sesuai usia anak, serta mengenalkan varian rasa baru secara sistematis juga dapat membantu buah hati yang sulit makan.

“Jangan lupa semangati anak untuk mencoba makan sendiri dan lebih toleran jika si anak masih makan berceceran. Ini akan melatih rasa percaya diri mereka dan menumbuhkan rasa tertarik untuk makan dengan tertib dan fokus,” tambahnya.

Jika beberapa saran tadi belum mampu mengembalikan minat makan anak, ada baiknya langsung konsultasi ke dokter.

Lalu apakah masalah anak susah makan ini berdampak pada perkembangan anak? Menurut Wi, hal itu sudah pasti bisa dirasakan dampaknya. Menurutnya, anak yang tidak mendapat asupan gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein sesuai kebutuhan dalam waktu beberapa hari/minggu, tentu akan terganggu penambahan berat badan. Jika hal ini berlangsung lama, pertumbuhan tinggi si anak juga akan terhambat.

“Begitupun jika pasokan gizi mikro seperti zat besi, zinc, iodium, dan asam folat rendah, daya tahan tubuh pun menjadi lemah. Biasanya anak menjadi sering sakit dan berat badan merosot tajam. Tidak hanya mengganggu kondisi fisik, masalah makan yang berlangsung kronis juga mengurangi daya pikir (intelegensi) dan ikut mengubah temperamen anak menjadi lebih cengeng, pemarah, sulit berkonsentrasi,” ungkapnya.

CAROLINE PRAMANTIE