Fenomena selfie bisa dibilang sudah menjadi makanan kita sehari-hari. Baik sebagai pelaku ataupun pengamat. Apakah ini juga terjadi pada Anda?
Namun, ada fenomena lain di balik hobi mengunggah foto diri ini. Di kalangan remaja, mengunggah foto selfie sangat menentukan kepercayaan diri mereka, dengan parameter jumlah “likes” di foto yang diunggah tersebut.
Maka tak heran, penggunaan media sosial di kalangan remaja bisa menjadi sumber masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan gangguan kepercayaan diri atas bentuk tubuh. Jika sudah demikian, aktifitas media sosial dan selfie rasanya sudah tidak bisa lagi sekadar disebut aktivitas iseng belaka, bukan?
Penggunaan situs media sosial seperti Facebook, Instagram dan Twitter memang telah melahirkan fenomena baru yang belum terjadi sebelumnya. Sebuah penelitian mengungkap, 50 persen perempuan usia 13 - 23 tahun mengaku selalu hadir atau tak pernah lepas dari jejaring online.
Baca: Orang Ini Nyaris Bunuh Diri Gara-Gara Gagal Selfie
Rata-rata dari mereka mengunggah foto selfie setidaknya sekali dalam sehari. Ini masih terdengar biasa-biasa saja. Namun yang mengkhawatirkan, 60 persen dari perempuan merasa kehilangan kepercayaan diri dan kecewa pada diri sendiri jika mereka tidak mendapat jumlah “likes” seperti yang diharapkan.
Menurut penelitian baru yang diinisiasi Dove melalui “Self-Esteem Project”, ada lebih dari satu juta perempuan di Inggris yang mengalami kurang percaya diri atas bentuk tubuhnya. Dua per tiga di antaranya malah mengatakan bahwa mereka merasa cantik secara online (saat selfie) ketimbang di kehidupan nyata.
Dampak media sosial, khususnya pada kelompok perempuan, memang tidak bisa dianggap remeh. Generasi ini mendapatkan tantangan baru, yaitu untuk diakui di dunia maya, oleh orang-orang yang bahkan belum pernah bertemu secara tatap muka dengan mereka.