Produksi ASI mengalami proses laktogenesis 1 dan 2. Laktogenesis 1 adalah proses di mana ASI keluar dipicu oleh hormon dan masa-masa kolostrum.
“Pada saat ini bayi sebisa mungkin sudah rawat gabung dengan ibu dan sudah dibiasakan untuk menyusui dengan teknik yang tepat,” ujar Mia Sutanto, SH, LL.M., KL., Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).
Baca: Wow! Selain Tingkatkan IQ, ASI Bikin Bayi Kaya Saat Dewasa
Jadi, saat pindah ke fase laktogenesis 2, kondisinya semakin banyak dikeluarkan semakin bagus produksi ASI-nya. “Tentu saja tergantung peranan bayi dimana bayi harus pintar menyusui agar laktogenesisnya bisa stabil," tambah Mia menanggapi soal produksi ASI dan manajemen ASI perah.
Mia menegaskan sebenarnya ASI itu bisa keluar, kecuali ada kelainan di kelenjar payudaranya. “Meski jarang terjadi, kelainan tersebut bisa dilihat saat kehamilan. Sayangnya, belum banyak tenaga kesehatan yang melakukan pengecekan payudara.”
Baca: Tips Manajemen ASI Perah untuk Ibu Pekerja
Masalah yang biasa terjadi, pada saat kehamilan payudara ibu akan mengalami pembesaran karena peningkatakan lemak di payudara. Serta sel-sel ASI yang tadinya kuncup mulai mekar. “Namun, jika tidak ada perubahan pada payudaranya harus segera diwaspadai. Jadi, sebenarnya bisa diantisipasi sebelumnya. Yang penting adalah persiapan sebelum melahirkan. Semua sudah harus tuntas sebelum bayi lahir,” tandas Mia.
Tips manajemen ASI perah dari pakar: Pertama, ASI perah yang diperoleh dari jadwal memerah yang berbeda dapat digabungkan dengan syarat jarak waktu memerah maksimal 24 jam. Dinginkan hasil perahan minimal 1 jam dalam lemari es bukan freezer sebelum digabungkan.
Kedua, Jangan menggabungkan ASI hangat atau baru perah dengan ASI yang sudah dingin atau beku.
Baca: Manajemen ASI, 21 Tips Sukses Menyusui Setelah Kembali Bekerja
Noverita K. Waldan/Tabloid NOVA