Shanty Persada: Tak Ada Waktu Bersedih Berjuang Melawan Kanker Payudara

By , Rabu, 4 November 2015 | 06:49 WIB
Shanti Persada (Nova)

Ya, ini kedua kali saya treatment Pertama kali saya didiagnosa kanker payudara tahun 2010, saya berobat ke Singapura. Tahun ini pas tahun kelima, ada penyebaran ke getah bening dan paru-paru. Jadi sekarang saya berobat lagi, kali ini ke Guangzhou, Tiongkok.

Waktu pertama didagnosa kanker payudara, saya enggak punya waktu buat down atau bersedih. Begitu tahu saya stadium 3B, saya langsung tanya dokter, harus apa dan langsung treatment. Saya datangi 6 dokter. Karena tahu pengobatannya akan panjang, saya harus punya banyak dokter, siapa tahu dokter yang satu berhalangan. Mungkin semua sudah diatur Tuhan. Saya diberi kekuatan. Makanya sekarang ada Lovepink.

Saya menerima, tapi Tuhan harus kasih tahu jalannya supaya saya bisa sembuh. Prinsip saya, selama masih bisa bangun, saya tidak akan memperlihatkan kalau saya sakit. Semangat itu yang akan saya tebarkan kemanapun, apalagi di Lovepink.

Apa sebetulnya tahap yang paling sulit bagi pasien kanker payudara?

Yang paling ditakuti pasien kanker payudara itu kemoterapi. Bukan kemoterapinya, tapi rambut yang rontok. Padahal rambut pasti akan tumbuh lagi.

(Shanti sengaja meminta difoto dengan kepala botak.) Katanya, “Saya pengin kasih tahu bahwa meskipun botak, kami tetap cantik. Yang penting dari dalam. Kami tetap berdandan, tetap percaya diri.”

Saya selalu bilang kemoterapi itu tidak sakit, wong cuma infus. Tapi, efeknya memang enggak enak. Lemas, tenggorokan panas, kepala pusing, mual, sariawan. Jadi, ngapain botak yang dipikirin. Botak itu justru aspek yang paling tidak penting. Toh bisa pakai wig atau pakai kerudung. Saya punya 30 wig waktu awal-awal, setiap hari ganti wig. Setiap kali kemoterapi, saya tampil habis. Kuku saya cat hijau, wignya juga hijau, pakai bulu mata panjang. Tapi itu di Singapura. Kalau di sini mungkin dilihatin orang ya. Ha ha ha.

Apa yang saya cari? Happy for myself. Bukan orang luar yang bikin saya happy tapi diri sendiri. Habis kemoterapi, meski efeknya masih terasa, saya tetap berangkat kerja. Di kantor, saya bisa melupakan penyakit. Kalau di kantor enggak happy, saya balik ke rumah. Umur itu kan di tangan Tuhan. Semua orang akan mati dan kita tidak tahu waktunya. Apakah karena kanker, karena kecelakaan, atau karena hal lain. Jadi tidak usah takut mati.

Akhirnya, teman-teman di Lovepink jadi semangat. Rambut mulai rontok, mereka foto-foto selfie terus di-upload, rambut tinggal setengah foto-foto, dikomen sama yang lain. Ha ha ha. Kan senang, mereka tidak sendirian. Sebetulnya, kalau kita dandan, tetap kelihatan cantik, lucu, dan seksi kok. Tapi, tidak semua menyadari itu.

Selain kemoterapi, apa lagi yang berat?

Tahap lain yang juga berat bagi perempuan pasien kanker payudara adalah mastektomi (pengangkatan payudara). Apalagi kalau pasangannya tidak bisa menerima, pasti mereka akan kehilangan kepercayaan diri. Padahal, sekarang semua kan bisa diatasi, ada alatnya. Lagipula, siapa yang tahu kalau sebelah payudara kita sudah diangkat? Jadi, take it easysaja.

(Shanti menjalani operasi mastektomi tahun 2010. Payudara sebelah kanannya diangkat.) “Saya bilang ke diri sendiri, Ini semua Tuhan yang punya, saya cuma dipinjemin. Kalau yang punya mau ambil, ya sudah kita balikin. Itu prinsip saya. Harus tetap disyukuri, saya masih bisa bernapas.”

Buat saya, orang yang tidak mau berobat dan terus-terusan down itu juga egois. Mereka itu, kan, punya anak, punya suami, orangtua, dan keluarga yang harus juga diperhatikan. Kalau mereka saja yang minta diperhatikan karena sakit, enggak fair dong. Bagaimana kalau anaknya masih kecil, masih butuh perhatian? Kalau kitanya sedih, keluarga pasti tambah sedih. Saya enggak pernah memperlihatkan sakit saya di hadapan orang lain, apalagi orangtua dan keluarga. Saya enggak mau mengganggu mereka.

Anak saya, Calluella Trista Sinsieri (15) atau Gendis, kalau ditanya temannya tentang saya bilang, “She’s good, bergaul terus. Enggak ada bedanya sebelum dan sesudah didiagnosa, kok.” Itu membuat saya sangat bersyukur, berarti saya tidak mengganggu hidup dia.

Omong-omong, apa rencana Lovepink ke depan?

Waktu acara Jakarta Goes Pink kemarin, kami sekaligus me-launching aplikasi SADARI. Itu aplikasi untuk mengingatkan setiap perempuan untuk mengecek payudara sendiri setiap bulan. Waktu terbaik mengecek adalah hari ke-7 sampai hari ke-10 masa menstruasi. Nah, cara mengeceknya ada di aplikasi itu. Nama aplikasinya lovepinkbreastties, sementara baru bisa diunduh di Android. Versi iOS-nya rencananya launching Desember depan.

Kami berharap semua orang di dunia, perempuan khususnya, bisa pakai aplikasi itu. Sekarang memang baru ada versi bahasa Indonesia, nanti akan kami buat versi bahasa Inggrisnya juga. Kami juga mendapat donasi dari seorang donatur yang sangat baik berupa mobil USG. Itu akan kami pakai untuk jemput bola. Misalnya untuk edukasi dan visit pasien. Kami akan mendatangi, gratis. Kami juga diberi donasi sebuah tempat untuk dijadikan Lovepink Care Center.

Hasto Prianggoro/TabloidNova