Shanty Persada: Tak Ada Waktu Bersedih Berjuang Melawan Kanker Payudara

By , Rabu, 4 November 2015 | 06:49 WIB
Shanti Persada (Nova)

Sehari sebelumnya, ia masih menjalani kemoterapi. Namun, saat bertemu NOVA, Rabu (7/10) lalu, tak tampak sedikit pun efek dari kemoterapi yang baru ia jalani. Perempuan hebat kelahiran Bukittinggi 48 tahun silam ini tetap tampil segar dan enerjik, penuh semangat setiap kali berbicara, diseling tawa lepas yang menyenangkan.

Lima tahun lalu, dokter mendiagnosanya terkena kanker payudara stadium 3B. Kini, kanker itu sudah menyebar ke paru-paru dan getah beningnya. Tapi, perempuan cantik ini punya prinsip “Take it easy ’ menghadapi penyakitnya. Katanya, ia tak punya waktu untuk bersedih atau merenungi nasib. Hari-harinya disibukkan dengan pekerjaannya sebagai GM Marketing Communication and Circulation di sebuah media nasional serta mengurus komunitas Lovepink yang ia dirikan. Komunitas bagi para pasien kanker payudara itu kini sudah memiliki sekitar 400 anggota. Bisa dijelaskan Komunitas Lovepink itu apa?

Lovepink adalah komunitas perempuan yang hidup dengan kanker payudara. Mulainya tahun 2011, waktu itu saya masih treatment. Saya didiagnosis kanker payudara stadium 3B tahun 2010. Bulan-bulan pertama saya masih sendiri, enggak punya teman untuk berbagi. Di bulan ketiga, seorang teman mengenalkan saya pada Madelina Mutia, yang juga baru didianosa kanker payudara. Kata teman saya, “Mungkin kalian bisa berbagi.”

Saya dan Mutia pun kemudian kontak dan ketemu. Sejak itu setiap hari kami berbagi cerita. Treatment kanker payudara itu, kan, panjang, bisa berbulan-bulan, jadi memang perlu teman untuk berbagi. Dari saling berbagi itu, kami jadi merasa lebih kuat dan bersemangat, tak takut menghadapi penyakit kami. Akhirnya, setiap kali ada teman baru yang terdiagnosa, selalu direkomendasikan ke kami.

Karena yang dikenalkan makin banyak, saya bilang ke Mutia, “Kita harus punya brand nih.” Tahun 2013 itu teman kami sudah 50 orang. Saya merasa sudah saatnya kami serius karena ternyata banyak yang butuh sharing. Kami lantas mengadakan pertemuan pertama di tahun 2013, sekaligus meresmikan nama Lovepink.

Baca: Lima Stadium Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

Apa arti Lovepink?

Pink itu dari pink ribbon (pita pink), lambang kanker payudara sedunia. Love itu karena kami memang harus bekerja dengan cinta. Kalau tidak ada cinta, tidak mungkin kami bisa membantu orang lain. Kami resmikan bulan Oktber 2013 pas Hari Kanker Payudara dan bikin fun walk.

Sebagian besar dari 50 member Lovepink saat itu sedang menjalani treatment, masih banyak yang pakai kursi roda juga. Tapi, surprisingly, dari 50 member, yang ikut fun walk mencapai 700 orang. Ternyata satu member membawa serta sahabat, keluarga, dan orang yang men-support mereka. Bisa 15-20 orang. Ini artinya pasien kanker payudara memang sangat butuh support. Pasalnya, ketika seseorang sudah terdiagnosa kanker payudara, itu bukan masalah dia saja, tetapi juga masalah keluarga, sahabat, dan lingkungan terdekatnya.

Baca: Terapi Paliatif untuk Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara

Kegiatan lain Lovepink apa saja?

Pilar Lovepink adalah mendampingi dan menguatkan mental pasien serta mengampanyekan SADARI.

Kami punya web www.lovepinkindonesia.org. Kami juga bikin grup Whatsapp. Setiap pagi kami saling menyapa. Ramai banget, namanya juga perempuan. He he he. Di grup juga ada dokter yang akan menjawab pertanyaan dari sisi medis, juga ahli nutrisi, pokoknya beragam.

Kami juga bikin member gathering setiap bulan. Kami adakan talkshow tentang banyak hal, misalnya healthy food atau sexual life setelah terkena kanker. Soalnya, kemoterapi akan mematikan sel-sel kewanitaan sehingga memang bisa mengganggu hubungan dengan pasangan. Tapi, tak cuma pasangan, pasien sendiri juga punya masalah. Sudah sakit, merasa bersalah karena tidak bisa melayani suami.

Kami panggil psikolog, dokter onkologi, bagaimana cara bicara dengan suami, kami panggil suaminya juga. Kadang juga mengadakan yoga atau olahraga bersama, dan sebagainya. Acara besarnya setiap bulan Oktober pas Bulan Peduli Kanker Payudara. Tahun ini, kami mengadakan Jakarta Goes Pink. Yang datang 9 ribu orang, padahal target kami cuma 5 ribu orang seperti tahun kemarin. Ada juga beauty class. Ya, dandan membuat kami lebih percaya diri.

Baca: Kanker Payudara: Makin Cepat Ditangani Makin Bisa Sembuh

Sekarang ada berapa jumlah member Lovepink?

Tahun 2014 member-nya 200-an, sekarang sudah sekitar 400 orang. Di satu sisi kami senang karena banyak yang bisa dibantu, tapi di sisi lain tidak senang juga karena berarti semakin banyak penderita kanker payudara. Data WHO, satu dari 8 perempuan terdiagnosa kanker payudara. Di Indonesia 1 dari 10 perempuan. Naik terus.

Kami juga punya member di daerah, tapi yang jalan baru di Yogyakarta. Di tempat lain masih satu-satu. Orang daerah itu, kan, tidak seterbuka orang Jakarta, bahkan ada yang masih menganggap penyakit ini sebagai kutukan.

Dari 400 member, 70 persen masih menjalani treatment. O iya, selain member gathering, kami juga melakukan visitation atau kunjungan ke pasien kanker payudara lain. Kami tak hanya membantu member, tapi juga yang bukan member. Misalnya ada kenalan member yang sedang dirawat di ICU, kami datangi. Kami bagi per wilayah. Member terdekat yang kami kirim. Ini agar Si Pasien tetap bersemangat dan tidak menyerah.

Kami juga memberikan edukasi ke kantor-kantor. Biasanya di jam makan siang. Cukup satu jam. Kami kampanyekan SADARI, cara paling gampang mendeteksi kanker payudara. SADARI penting karena 80% pasien kanker payudara datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut. Ini karena early detection campaign-nya tidak jalan. Di Singapura, misalnya, 80% pasien datang pada stadium dini karena kampanyenya sudah jalan. Bahkan tahun 2020, Singapura sudah memprediksi jumlahnya 0%. Semakin dini diketahui, pengobatan kanker payudara lebih simpel, biaya lebih murah, dan kesempatan hidup lebih besar.

Anda selalu bersemangat dan tampil percaya diri. Dari mana Anda mendapat semangat itu?

Saya sangat bersemangat karena saya tahu ada 400 orang yang menunggu saya. Jadi, saya nggak boleh kelihatan lemah di hadapan mereka. Apa pun akan saya hadapi.

Anda juga sedang menjalani kemoterapi?

Ya, ini kedua kali saya treatment Pertama kali saya didiagnosa kanker payudara tahun 2010, saya berobat ke Singapura. Tahun ini pas tahun kelima, ada penyebaran ke getah bening dan paru-paru. Jadi sekarang saya berobat lagi, kali ini ke Guangzhou, Tiongkok.

Waktu pertama didagnosa kanker payudara, saya enggak punya waktu buat down atau bersedih. Begitu tahu saya stadium 3B, saya langsung tanya dokter, harus apa dan langsung treatment. Saya datangi 6 dokter. Karena tahu pengobatannya akan panjang, saya harus punya banyak dokter, siapa tahu dokter yang satu berhalangan. Mungkin semua sudah diatur Tuhan. Saya diberi kekuatan. Makanya sekarang ada Lovepink.

Saya menerima, tapi Tuhan harus kasih tahu jalannya supaya saya bisa sembuh. Prinsip saya, selama masih bisa bangun, saya tidak akan memperlihatkan kalau saya sakit. Semangat itu yang akan saya tebarkan kemanapun, apalagi di Lovepink.

Apa sebetulnya tahap yang paling sulit bagi pasien kanker payudara?

Yang paling ditakuti pasien kanker payudara itu kemoterapi. Bukan kemoterapinya, tapi rambut yang rontok. Padahal rambut pasti akan tumbuh lagi.

(Shanti sengaja meminta difoto dengan kepala botak.) Katanya, “Saya pengin kasih tahu bahwa meskipun botak, kami tetap cantik. Yang penting dari dalam. Kami tetap berdandan, tetap percaya diri.”

Saya selalu bilang kemoterapi itu tidak sakit, wong cuma infus. Tapi, efeknya memang enggak enak. Lemas, tenggorokan panas, kepala pusing, mual, sariawan. Jadi, ngapain botak yang dipikirin. Botak itu justru aspek yang paling tidak penting. Toh bisa pakai wig atau pakai kerudung. Saya punya 30 wig waktu awal-awal, setiap hari ganti wig. Setiap kali kemoterapi, saya tampil habis. Kuku saya cat hijau, wignya juga hijau, pakai bulu mata panjang. Tapi itu di Singapura. Kalau di sini mungkin dilihatin orang ya. Ha ha ha.

Apa yang saya cari? Happy for myself. Bukan orang luar yang bikin saya happy tapi diri sendiri. Habis kemoterapi, meski efeknya masih terasa, saya tetap berangkat kerja. Di kantor, saya bisa melupakan penyakit. Kalau di kantor enggak happy, saya balik ke rumah. Umur itu kan di tangan Tuhan. Semua orang akan mati dan kita tidak tahu waktunya. Apakah karena kanker, karena kecelakaan, atau karena hal lain. Jadi tidak usah takut mati.

Akhirnya, teman-teman di Lovepink jadi semangat. Rambut mulai rontok, mereka foto-foto selfie terus di-upload, rambut tinggal setengah foto-foto, dikomen sama yang lain. Ha ha ha. Kan senang, mereka tidak sendirian. Sebetulnya, kalau kita dandan, tetap kelihatan cantik, lucu, dan seksi kok. Tapi, tidak semua menyadari itu.

Selain kemoterapi, apa lagi yang berat?

Tahap lain yang juga berat bagi perempuan pasien kanker payudara adalah mastektomi (pengangkatan payudara). Apalagi kalau pasangannya tidak bisa menerima, pasti mereka akan kehilangan kepercayaan diri. Padahal, sekarang semua kan bisa diatasi, ada alatnya. Lagipula, siapa yang tahu kalau sebelah payudara kita sudah diangkat? Jadi, take it easysaja.

(Shanti menjalani operasi mastektomi tahun 2010. Payudara sebelah kanannya diangkat.) “Saya bilang ke diri sendiri, Ini semua Tuhan yang punya, saya cuma dipinjemin. Kalau yang punya mau ambil, ya sudah kita balikin. Itu prinsip saya. Harus tetap disyukuri, saya masih bisa bernapas.”

Buat saya, orang yang tidak mau berobat dan terus-terusan down itu juga egois. Mereka itu, kan, punya anak, punya suami, orangtua, dan keluarga yang harus juga diperhatikan. Kalau mereka saja yang minta diperhatikan karena sakit, enggak fair dong. Bagaimana kalau anaknya masih kecil, masih butuh perhatian? Kalau kitanya sedih, keluarga pasti tambah sedih. Saya enggak pernah memperlihatkan sakit saya di hadapan orang lain, apalagi orangtua dan keluarga. Saya enggak mau mengganggu mereka.

Anak saya, Calluella Trista Sinsieri (15) atau Gendis, kalau ditanya temannya tentang saya bilang, “She’s good, bergaul terus. Enggak ada bedanya sebelum dan sesudah didiagnosa, kok.” Itu membuat saya sangat bersyukur, berarti saya tidak mengganggu hidup dia.

Omong-omong, apa rencana Lovepink ke depan?

Waktu acara Jakarta Goes Pink kemarin, kami sekaligus me-launching aplikasi SADARI. Itu aplikasi untuk mengingatkan setiap perempuan untuk mengecek payudara sendiri setiap bulan. Waktu terbaik mengecek adalah hari ke-7 sampai hari ke-10 masa menstruasi. Nah, cara mengeceknya ada di aplikasi itu. Nama aplikasinya lovepinkbreastties, sementara baru bisa diunduh di Android. Versi iOS-nya rencananya launching Desember depan.

Kami berharap semua orang di dunia, perempuan khususnya, bisa pakai aplikasi itu. Sekarang memang baru ada versi bahasa Indonesia, nanti akan kami buat versi bahasa Inggrisnya juga. Kami juga mendapat donasi dari seorang donatur yang sangat baik berupa mobil USG. Itu akan kami pakai untuk jemput bola. Misalnya untuk edukasi dan visit pasien. Kami akan mendatangi, gratis. Kami juga diberi donasi sebuah tempat untuk dijadikan Lovepink Care Center.

Hasto Prianggoro/TabloidNova