Orangtua, Pola Asuh Suka Mengancam pada Anak Berdampak Buruk, Lo!

By nova.id, Kamis, 5 November 2015 | 06:15 WIB
Ini Alasan Orangtua Harus Menghindari Pola Asuh Suka Mengancam pada Anak (nova.id)

Alih-alih membuatnya menurut dan disiplin, dampak mengancam anak justru akan membuat menjadi penakut, minder, peragu, dan kadang memiliki kepercayaan diri rendah. Sudah saatnya kita, para orangtua harus menghindari pola asuh suka mengancam pada anak.

Lalu, apa dampak pola asuh orangtua suka mengancam pada anak? Ini jawaban Naomi Soetikno, M.Pd, Psi, Psikolog dari Universitas Tarumanegara, Jakarta pada KompasHealth.

“Sejak dulu kita biasa diancam. Banyak orangtua yang menganggap pola pendidikan reward and punishment adalah yang terbaik. Tetapi kini pendekatan seperti itu sudah mulai ditinggalkan,” ujar Naomi dalam acara di Jakarta, Senin (2/10) soal akibat pola asuh orangtua suka mengancam anak.

Baca: 3 Gaya Pola Asuh yang Diterapkan Orangtua

Seperti disinggung di awal, pengaruh pola asuh suka mengancam pada anak cenderung akan membuatnya tumbuh menjadi sosok yang penakut, peragu, dan berkepercayaan diri rendah. Usia 2-12 tahun adalah periode yang paling menentukan pada perkembangan aspek emosional anak. Masa ini adalah masa pembentukan ego dan self-esteem.

Baca: Lakukan Ini Jika Suami-Istri Punya Pola Asuh Berbeda

“Anak menyerap banyak informasi tetapi belum punya keterampilan untuk menata atau memilih pengalaman itu. Sehingga semua terekam, termasuk yang negatif. Saat ini pola asuh yang banyak dipakai adalah positif psikologi. Jadi lebih banyak memberikan komentar-komentar positif dalam berbagai situasi,” terang Naomi soal dampak buruk pola asuh suka mengancam pada anak.

Meski demikian, Naomi mengakui bahwa memberi komentar positif pada anak bukan sesuatu yang mudah. Diperlukan latihan dan kebiasaan yang sifatnya terus menerus.

Baca: 5 Perilaku Anak Akibat Salah Pola Asuh

Naomi juga menyarankan orangtua agar memperbanyak jam kebersamaan dengan si anak. “Pas lihat kamar anak berantakan, dari pada teriak-teriak menyuruh anak membereskan, lebih baik ajak anak membereskannya bersama-sama,” katanya.

Selesai mengerjakan, beri anak apresiasi, beri anak penjelasan sebab dan akibatnya. Misalnya, setelah kamar bersih dan rapi, sampaikan bahwa kalau sudah bersih kamar jadi lebih terang sehingga membaca pun lebih enak. Jangan terlalu sering memberikan hadiah kepada si anak karena perilaku positifnya. Tekankan bahwa tidak setiap perbuatan baik harus mendapatkan hadiah.

Baca: Pola Asuh Tak Konsisten Sebabkan Si Kecil Manipulatif

Lusia Kus Anna/KompasHealth