Efek Pemanasan Global Pengaruhi Seks dan Kesuburan, Lo!

By nova.id, Sabtu, 7 November 2015 | 04:45 WIB
peningkatan suhu dapat mengurangi kesuburan, menurunkan nafsu makan hingga menurunkan hubungan seksual. (nova.id)

Jika Anda membayangkan pemanasan global dapat merusak kesehatan kulit serta mengurangi risiko perlindungan sinar ultraviolet karena menipisnya lapisan ozon, maka ada efek pemanasan global terhadap seks.

Penelitian menunjukkan bahwa ketika suhu meningkat, orang mungkin cenderung merasa kurang berhubungan seks, atau seperti laporan dari Biro Nasional Riset Ekonomi, mereka mengatakan frekuensi coital bisa berkurang. Demikian laporan dari Independen.

Tapi, bagaimana sebenarnya efek pemanasan global berisiko merusak kehidupan seks?

Baca: Peka dengan Kode Ajakan Bercinta Suami, Apa Tandanya?

Penelitian ini mengungkapkan bahwa sembilan bulan setelah hari yang sangat panas, tingkat kelahiran menurun secara signifikan, yaitu 0,7 persen lebih rendah daripada setelah hari yang dingin. Ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu dapat mengurangi kesuburan, menurunkan nafsu makan hingga menurunkan hubungan seksual.

Benarkah? Mengapa efek pemanasan global berakibat menurunkan kualitas hubungan seks ?

Baca: Wah! Sering Bercinta dengan Suami Bikin Perempuan Lebih Cantik

Panas yang ekstrim menyebabkan penurunan yang cukup besar dalam hal kelahiran. Para peneliti mengatakan, bahwa suhu ekstrim itu mempengaruhi frekuensi coital. Dan hal ini bisa mempengaruhi kadar hormon dan dorongan seks. Suhu tinggi juga bisa mempengaruhi kesehatan reproduksi atau kualitas air mani pria, atau ovulasi pada perempuan.

Baca: Mau Langsing? Ini Cara Seksi Bakar Kalori dengan Bercinta

Laporan penulis Alan Barreca dari Tulane University mengatakan bahwa penurunan tingkat kelahiran adalah masalah serius bagi negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang memiliki tingkat kelahiran rendah. Ini akan menempatkan banyak beban pada program asuransi sosial, seperti jaminan sosial, karena akan membuat ketidakseimbangan besar pada kenaikan populasi.

K. Tatik Wardayati/intisari-online.com Sumber: Healthsite