Tri Wahyu Romadlon (23), rekan Slamet Prasetyo (23), menuturkan, sehari sebelum peristiwa nahas itu, para peserta SM3T menggelar silaturahmi dengan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas H Jusmadi di kediamannya, Sabtu (14/11/2015) lalu.
Rumah Jusmadi berada di Kecamatan Sambas. "Kami berangkat berdua dari Jawai awalnya karena ingin bersilaturahmi. Kami semuanya yang dari SM3T," kata Tri, Senin (16/11/2015).
Mereka sempat menginap satu malam di SLB di Sambas yang merupakan satu di antara sekolah tempat rekannya dalam satu program SM3T bertugas. Barulah Minggu (15/11/2015) pagi mereka kembali ke Kecamatan Galing.
"Kemudian pagi-pagi kami berangkat ke Galing untuk main silaturahmi ke tempat kawan yang tugasnya di SMPN 5 Satu Atap Galing," ujarnya.
Baca juga: Guru Muda yang Mengajar di Daerah Terpencil Tewas Akibat Perahu yang Ditumpanginya Tenggelam
Hingga Minggu siang, mereka bermaksud berjalan-jalan menghabiskan waktu liburan. Namun apa yang hendak dikata, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak hingga peristiwa nahas itu merenggut nyawa satu rekan terbaiknya.
Tri menceritakan, Slamet sendiri adalah satu-satunya rekannya dari program SM3T yang penempatannya sama untuk bertugas mengabdi mendidik anak negeri di SMPN 5 Jawai.
"Kami sudah 3 bulan di tugaskan di Kabupaten Sambas, dan saya sama dia (Slamet) ditempatkan ditempat yang sama, kami juga tinggal di rumah kepala sekolah," ujarnya.
Di SMPN 5 Jawai, Tri bertugas mengajar mata pelajaran Olahraga, sementara Slamet mengajar Fisika.
Slamet Prasetyo (23), satu di antara guru muda yang mengabdi untuk anak negeri di daerah terpencil pelosok negeri melalui Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan Terluar dan Tertinggal (SM3T), meninggal dunia.
Slamet yang merupakan sarjana lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes) untuk penempatan di Kabupaten Sambas tewas tenggelam di Dusun Parit Kongsi Desa Teluk Pandan, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas, Minggu (15/11/2015) sore.
Dhita Mutiasari / Tribun