Tabloidnova.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya merilis hasil investigasi terhadap kotak hitam milik pesawat AirAsia QZ8501, Selasa (1/12/2015). Pesawat itu jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada akhir Desember lalu.
KNKT menguraikan beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kecelakaan. Salah satu yang faktor yang menjadi pertanyaan adalah tindakan pilot yang tidak sesuai dengan prosedur.
Hal itu dilakukan pilot untuk mengatasi gangguan pada sistem Rudder Travel Limiter (RTL) yang terletak di bagian ekor pesawat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Flight Data Recorder (FDR), diketahui bahwa terjadi empat kali gangguan pada RTL, ditunjukkan dengan tanda peringatan di dalam kokpit yang terus menyala.
Pilot tercatat melakukan penanganan sesuai prosedur Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) pada gangguan pertama hingga ketiga.
Namun, pada gangguan keempat, pilot tidak lagi melakukan penanganan sesuai prosedur ECAM. Apa yang membuat pilot melakukan tindakan di luar prosedur?
Baca juga: Cuaca Bukan Penyebab Jatuhnya AirAsia QZ8501
Investigator KNKT menduga, penanganan berbeda saat gangguan keempat tersebut dilakukan pilot setelah mengingat apa yang dilakukan teknisi pada 25 Desember, atau beberapa hari sebelum penerbangan menuju Singapura.
Kemungkinan pilot QZ8501 melakukan reset ulang CB untuk mengatasi gangguan pada RTL. Hal tersebut ternyata menonaktifkan Flight Augmentation Computer (FAC) 1 dan 2.
Ketua Sub-Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, KNKT tidak dapat menjelaskan siapa yang mencabut CB dalam kokpit QZ8501.
Meski demikian, dugaan muncul bahwa pilot ingin melakukan suatu improvisasi untuk mengatasi tanda peringatan yang terus menyala meski sudah dimatikan sebanyak tiga kali.
"Pasti ada alasan pilot soal itu. Setelah yang keempat, mungkin dia berpikir bahwa saya ikut prosedur tiga kali sudah tidak menyelesaikan masalah, jadi saya harus melakukan sesuatu yang lain," kata Nurcahyo, di Gedung KNKT, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2015).
Abba Gabrillin / Kompas.com