Tabloidnova.com - Demi bersekolah, ratusan anak-anak di Mamuju, Sulawesi Barat, nekat menantang maut dengan cara berjalan kaki atau berenang menyeberangi Sungai Sangkurio yang mengalir deras. Mereka pun diintai bahaya luapan air yang bisa menyapu mereka lantaran beberapa hari terakhir ini hujan deras kerap terjadi di bagian hulu kali Mamuju.
Sebenarnya di desa mereka ada jembatan yang membentang sungai tersebut. Namun, dua pekan lalu, jembatan tersebut ambruk hingga melukai puluhan siswa dan warga. Sampai sekarang jembatan tersebut belum diperbaiki.
Meski harus menerabas arus sungai yang deras, ratusan siswa SD, SMP, dan SMA Kelurahan Mamuju itu tidak kehilangan semangat dan cara supaya bisa tetap belajar di sekolah.
Agar baju dan tas buku tidak basah, sejumlah siswa terpaksa menitipkan tas buku dan baju mereka kepada warga yang kebetulan melintasi sungai tersebut. Sejumlah siswa lainnya berusaha menantang arus dengan cara mengayunkan tangan sambil menenteng baju dan tas buku. Mereka menyeberangi sungai sambil bertelanjang dada.
Baca juga: Warga Cibarusah Mulai Minum Air Sungai
Sementara sejumlah siswa yang tidak berani menyeberang. Mereka hanya bisa memandangi teman-temannya yang menantang maut demi ke sekolah. Mereka pun memilih pulang ke rumah masing-masing.
Beberapa orang tua yang mengantarkan anaknya ke tempat penyeberangan juga melarang anaknya ke sekolah setelah melihat kondisi arus sungai yang membahayakan penyeberangan terutama anak-anak sekolah.
Herman Subair, seorang guru SD Sangkurio, mengatakan, saat kondisi air sungai rendah dan tidak membahayakan, para siswa dan guru tetap bisa bersekolah. Namun, saat sungai meluap dan arusnyanya deras, banyak siswa dan guru tidak bisa sampai ke sekolah karena takut terseret arus.
“Kalau arusnya deras atau sungai meluap tentu saja membahayakan siapa pun yang nekat melintas,” ujar Herman.
Sementara warga dan orang tua siswa mendesak Pemda Mamuju untuk menekan kontraktor agar segera memperbaiki jembatan tersebut.
“Warga berharap jembatan bisa segera diperbaiki agar bisa dilalui kembali. Kalau setiap hari siswa ke sekolah melintasi sungai seperti ini bisa membahayakan siswa, terutama saat sungai tiba-tiba meluap,” ujar Muh Sukri. Dia mengaku cemas melihat anak-anak yang terpaksa menyeberangi sungai yang berarus deras.
Hingga kini pihak Polres Mamuju tengah mengusut kasus tersebut. Polisi belum menetapkan tersangka yang bertangggung jawab dalam kejadian yang nyaris merenggut nyawa itu.
Pihak kontraktor sendiri sebelumnya membantah bahwa jembatan gantung sepanjang lebih dari 40 meter tersebut telah diserahterimakan kepada pemerintah, meskipun warga sudah diperbolehkan melintas di atas jembatan. Kontraktor menyebut diberikan masa adendum selama 50 hari, terhitung sejak 31 Desember 2015 lalu.
Junaedi / Kompas.com