Kisah Arkan, Bocah Penderita Kanker: Mama yang Kuat, Jangan Nangis

By nova.id, Selasa, 16 Februari 2016 | 04:01 WIB
Raza Arkan Elmustaqim (3), bersama Ibunya Yesi Agustin (26) (nova.id)

Tabloidnova.com -  “Mama yang kuat, jangan nangis,” kata Raza Arkan Elmustaqim, balita usia 3 tahun sembari mengusap air mata yang menetes di pipi ibunya.

Arkan berulang kali mengusap air mata sang ibu agar berhenti menangis. Arkan tak beranjak di atas pangkuan ibunya, Yesi Agustin (26). Ia terus berdoa, dan sesekali memeluk ibunya yang terlihat sangat menyayanginya.

“Ya Allah, Arkan pengen sembuh. Sembuhin sakit Arkan,” gumam Arkan yang ditutup dengan kata amin.

Di usianya yang masih dini, Arkan dengan lancar dan tak hentinya berdoa agar sakit kanker di kepalanya lekas sembuh. Kanker terus membesar hingga menyumbat peredaran darah dan mengakibatkan hydrocephalus (kepala membesar).

Meski lancar berbicara dan berdoa, Arkan tampak menahan rasa sakit yang sesekali menyerang kepalanya. Tubuh Arkan juga terus menciut dan mengecil. Itu terlihat di bagian lengan dan kaki, dan juga berat badan yang turun drastis hingga 9 kilogram.

Arkan, Yesi, dan Asep Firman Mustaqim (37) adalah keluarga sederhana. Mereka tak punya tempat tinggal pribadi. Mereka selama ini menumpang tinggal di rumah orang tuanya yang mengontrak di kawasan Jagasatru Selatan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.

Baca juga: Tak Terima Anak Jadi Korban "Bully" di Sekolah, Ibu Ini Lapor Polisi

Asep menceritakan, awalnya mereka tidak menyadari Arkan menderita kanker lantaran sehat dan riang. Arkan dikenal aktif bergerak dan cerdas berbicara. Namun setelah jatuh dan kepalanya terbentur pada sekitar pertengahan 2014, kepala Arkan kian membesar.

Berdasarkan hasil scan pada pertengahan tahun 2015, kanker sudah bersarang dan semakin membesar di dalam kepala Arkan. “Waktu itu sangat parah. Kepala Arkan membesar, badan menyusut, dan berat turun lebih dari 9 kilogram,” kata Asep saat ditemui, Senin (15/2/2016).

Asep bersama Yesi berulangkali membawa Arkan ke berbagai tempat pengobatan hingga mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Di RSHS, pihak medis menyarankan agar Arkan dioperasi untuk mengurangi cairan di kepalanya, dan memasang selang. Namun, Yesi dan Asep belum kuasa untuk merelakan anaknya dioperasi yang dikabarkan sangat riskan, lantaran letak kanker yang sudah sangat dekat dengan otak.

Yesi pun mencari jalan lain, yakni memohon pemerintah agar dapat memberikan izin menggunakan alat khusus untuk menyembuhkan kanker yang dimiliki dokter Warsito.

Dengan alat khusus tersebut, kaya Yesi, sejumlah penderita kanker dapat tertolong hingga sembuh. “Saya si cuma berharap, kepada pemerintah, saya mohon, anak saya (Arkan) diizinkan untuk menggunakan alat dokter Warsito, sebuah alat untuk menyembuhkan kanker dan tumor. Teman saya sudah seperti ini kasusnya, dan selama tiga bulan menggunakan alat itu, ya alhamdulillah sembuh,” katanya sambil mengurai air mata.

Muhamad Syahri Romdhon / Kompas.com