Rambut Kemaluan Lebat Pengaruhi Aroma Vagina, Benarkah?

By , Jumat, 26 Februari 2016 | 04:58 WIB
Kenali tanda tak normal pada vagina. (Nova)

Bau tak sedap dari tubuh memang mengganggu. Selain dapat menumpulkan rasa percaya diri, hal ini pun bisa menurunkan citra diri dan mempengaruhi fungsi sosial.

Dr. Gloria Novelita SpKK dari Beyoutiful Clinic mengemukakan, bau yang tak sedap pada tubuh alias malodor muncul saat ada reaksi antara cairan seperti keringat yang bercampur dengan bakteri.

Bau tak sedap pada tubuh biasanya terjadi di area ketiak, organ intim, mulut, dan kaki. 

“Penyebab bau badan sebenarnya bukanlah bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi. Melainkan, bakteri baik yang disebut flora normal kulit. Saat keringat bercampur dengan bakteri ini, maka akan menimbulkan reaksi yang menyebabkan aroma tubuh menjadi tak sedap,” paparnya.

BACA: Ketahui Gejala, Penyebab, dan Pencegahan Kutu Kemaluan!

Lebih lanjut ia menegaskan, karena proses dalam tubuh ini terjadi secara alami, maka sebenarnya masalah ini normal terjadi pada setiap orang.

Namun ternyata, kondisi bulu pada bagian tubuh yang memiliki banyak kelenjar apokrin pun berpengaruh terhadap aromanya, lho!

Gloria mengungkapkan, orang-orang dengan kondisi rambut tebal dan panjang, membuat gesekan di area tersebut lebih besar dan dapat menimbulkan trauma kecil di kulit. 

"Lebih lanjut, trauma pada kulit tersebut bisa menyebabkan infeksi masuk lebih dalam. Begitu pula yang terjadi pada area vagina atau ketiak yang ditumbuhi bulu,” ungkapnya.

Karena lebih berisiko trauma dan infeksi itulah, maka bila rambut vagina lebat aroma organ kewanitaan pun lebih berpotensi tak sedap.

BACA: Untuk Rambut Vagina, Ini Alasan Trimming Lebih Baik dari Waxing

Sehingga, langkah melakukan trim pada bulu-bulu di area tersebut dapat mengurangi risiko bau tak sedap yang muncul dari tubuh Anda.

Cara lain untuk menghilangkan bau akibat keringat dari kelenjar apokrin tersebut, lanjut Gloria, adalah dengan suntikan botox pada orang dengan hiperhidrosis alias memiliki produksi keringat berlebih. Tujuannya, untuk menghentikan saraf pemicu kelenjar keringat.