5 Kategori Kebiasaan Konsumsi Obat yang Harus Dihindari

By nova.id, Sabtu, 19 Maret 2016 | 08:30 WIB
5 Kategori Konsumsi Obat yang Harus Dihindari (nova.id)

Menurut dr. Purnamawati Sujud, Sp.A (K), MMPaed., adapun tujuan dari konsultasi medis tersebut adalah untuk mencari penyebab masalah kesehatan yang dialami dan menentukan penanganannya bersama-sama  antara pemberi dan penerima jasa layanan kesehatan.

Artinya, jalan mencari solusi ini belum tentu mesti diselesaikan denegan obat. Kalaupun memang diperlukan obat, hal utama yang perlu diperhatikan adalah penyebab gangguan kesehatan tersebut.

Kenapa demikian? “Karena cara pengobatan yang rasional itu berawal dari masalah yang terjadi. Maka pasien atau konsumen jasa layanan kesehatan perlu berpikir lebih bijak, hindari untuk terlalu terburu-buru meminta diresepkan obat dan pastikan sumber masalah kesehatannya tidak semata-mata melihat gejala yang muncul,” papar Purnamawati.

Sadar tak sadar, kita mungkin pernah atau sampai sekarang masih menerapkan kebiasaan mengonsumsi obat-obatan secara tak rasional.

Baca: Penting! Pembagian Jenis Obat Sesuai Warna Tanda Kemasan      Nah, ada 5 kategori konsumsi obat tak rasional yang harus dihindari demi terbebas dari dampak buruknya.

Pertama, polifarmasi yaitu pemberian beberapa obat sekaligus secara bersamaan. Kedua, penggunaan antibiotika berlebihan. Ketiga, pemberian resep obat nongenerik yang tinggi. Keempat, pemberian obat injeksi yang sebetulnya tidak butuh injeksi. Kelima, pemberian obat-obat yang sebetulnya tidak perlu misalnya vitamin atau suplemen.

“Yang sering terjadi adalah polifarmasi dan antibiotika yang berlebihan,” tegas Purnamawati. Contoh konkret, anak mengalami demam, batuk dan pilek. Umumnya, si Kecil langsung diberi obat. Bahkan, ada yang memberikan antibiotika. Padahal, lanjutnya, itu adalah gejala, belum diketahui muara penyakitnya.

Baca: Resiko Mengonsumsi Antibiotik Tak Sesuai Aturan

“Kebanyakan gejala tersebut adalah karena infeksi virus yang notabene tak ada obatnya. Toh, yang dapat memerangi virus sebenarnya daya tahan tubuh. Dengan istirahat cukup, banyak minum, kelak sembuh sendiri,” paparnya pada tabloidnova.com.

Disayangkan pula, data Riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, 35,2 persen masyarakat Indonesia menyimpan obat konvensional untuk pengobatan sendiri, terlebih obat keras dan antibiotika. Mirisnya, 86,1 persen dari masyarakat yang menyimpan obat tersebut mendapatkannya tak berdasarkan resep dokter.

Hilman Hilmansyah/TabloidNOVA