Kursi bambu buatannya misalnya digunakan di Keraton Yogyakarta untuk menyambut tamu asing. Kursi desain yang sama juga dipakai di festival buku di Jerman.
“Ilmu saya di sini. Di depan laptop, kita bisa berkomunikasi dengan dunia, bahkan dari India datang belajar ke sini. Perusahaan internasional juga menjadikan produk saya sebagai ikon,” kata Singgih.
Singgih meyakini potensi desa bisa berkembang tanpa harus hidup di perkotaan. Desain dan produk yang dibuat di desa jika bagus akan menarik orang luar datang mengunjungi desa. Hal tersebut ternyata baik untuk peningkatan ekonomi.
“Bahkan, melalui Magno (komunitas yang dibinanya) mendapat penghargaan grand award dari dari Inggris. Dari desa ternyata bisa berkibar tinggi,” imbuhnya.
Nazar Nurdin / Kompas.com